Dari McDonald’s Hingga Starbucks, Begini Nasib Bisnis yang Mendukung Israel di Tengah Konflik Gaza

Noer Huda
3 Min Read
Dari Mcdonald’s Hingga Starbucks, Begini Nasib Bisnis Yang Mendukung Israel Di Tengah Konflik Gaza
Dari Mcdonald’s Hingga Starbucks, Begini Nasib Bisnis Yang Mendukung Israel Di Tengah Konflik Gaza

jfid – Gerakan boikot terhadap produk makanan dan minuman yang mendukung Israel telah menjadi fokus utama dalam kesadaran global akan konflik Palestina-Israel.

Tersebar dari level individu hingga level nasional, gerakan ini awalnya dianggap remeh namun kini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam perilaku konsumen serta dampak ekonomi yang tidak terbantahkan.

Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa gerakan ini tak lagi hanya sebatas simbolik. Dari penurunan nilai saham emiten produk pro-Israel hingga sepi toko-toko retail yang menyediakan produk-produk tersebut, serta usaha kecil menengah yang berhenti menggunakan produk pro-Israel, dampaknya semakin terasa dalam struktur ekonomi global.

Pentingnya perubahan ini terlihat dari fenomena pergeseran permintaan menuju produk-produk lokal sebagai alternatif bagi produk yang mendukung Israel.

Contohnya adalah kembalinya kejayaan Spiro Spathis, perusahaan minuman berkarbonasi tertua di Mesir. Dengan kampanye “100% buatan Mesir” dan penekanan pada identitas lokal, perusahaan ini menjadi simbol solidaritas Mesir terhadap Palestina. Melalui kampanye boikot, Spathis berhasil meningkatkan permintaan produknya tiga kali lipat hanya dalam sebulan terakhir.

Peningkatan signifikan permintaan ini menyebabkan reaksi cepat dari pihak perusahaan.

Morcus Talaat, kepala pemasaran Spathis, melaporkan bahwa mereka menerima ratusan panggilan dari klien baru dan permintaan besar dari restoran-restoran. Ini bahkan mendorong rekrutmen lebih dari 15 ribu karyawan baru demi memenuhi permintaan yang melonjak drastis.

Di luar dampak langsung pada industri makanan dan minuman, gerakan boikot juga memengaruhi merek-merek internasional. Respons terhadap konflik di Gaza telah mengarah pada aksi boikot terhadap McDonald’s dan Starbucks di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, pengumuman bahwa McDonald’s Israel memberikan makanan gratis kepada militer Israel selama perang di Gaza menjadi pemicu aksi boikot.

Organisasi-organisasi seperti Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS), Front Persatuan Rakyat (FUB), dan Front Pembela Islam (FPI) telah menyerukan boikot terhadap McDonald’s dan bisnis lain yang dianggap mendukung Israel.

Tren ini terbukti tidak hanya bersifat lokal, melainkan global. Protes massal di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa kesadaran akan konflik Palestina-Israel merambah hingga ke jalan-jalan kota besar seperti Washington, DC, London, dan Cape Town.

Dampaknya terlihat dari sebagian besar cabang restoran, kedai kopi, dan toko-toko pro-Israel yang kini sebagian besar kosong di dunia Arab.

Hal ini tentunya menggarisbawahi bahwa gerakan boikot produk yang mendukung Israel tidak lagi hanya menjadi isu sepele. Dampaknya yang signifikan terhadap struktur ekonomi, perilaku konsumen, dan kesadaran global menandakan bahwa isu Palestina-Israel telah memasuki fase di mana tindakan-tindakan konsumen mampu menciptakan perubahan yang cukup kuat dalam masyarakat global.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article