Sumsel, jurnalfaktual.id, – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumsel membuat sejumlah wilayah di sekitarnya tertutup kabut asap tebal. Akibatnya, kualitas udara menjadi tidak sehat. Senin (23/9/2019)
Udara yang tidak sehat tentunya berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, salah satunya adalah sesak nafas.
Berikut lima penyakit yang berhasil JF.id himpun, diakibatkan kabut asap seperti dilansir dari depkes.go.id:
- Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Penyakit ini memiliki nama lain ISPA. Sebenarnya ISPA disebabkan oleh infeksi virus dan bukan karena kabut asap.
Namun, polusi yang parah ditambah dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh, dapat menimbulkan terjadinya ISPA.
ISPA juga terjadi karena kemampuan paru-paru dan saluran pernapasan dalam mengatasi infeksi berkurang, dengan begitu dapat menyebabkan infeks. Selama ini, ISPA lebih banyak menjangkiti anak-anak dan kaum lansia.
- Asma
Penyakit ini terkenal dengan penyakit genetik. Namun, asma juga dapat disebabkan oleh buruknya kualitas udara.
Kabut asap yang saat ini merajalela membawa partikel berukuran kecil yang masuk melalui saluran pernafasan dan menyebabkan gangguan layaknya asap rokok.
Penduduk yang mengidap asma, terutama anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap ancaman kabut asap.
- Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Nama lain penyakit ini adalah PPOK, penyakit ini merupakan gabungan penyakit pernafasan semisal bronkitis.
Menurut Yayasan Paru-paru Kanada, kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan dapat berakibat fatal bagi penderita PPOK karena dapat mengurangi atau memperburuk kinerja paru-paru.
Bila penderita penyakit ini terpapar kabut asap dalam waktu yang lama, dapat meningkatkan risiko kematiannya.
- Penyakit Jantung
Perlu diketahui, kabut asap membawa partikel mini bernama PM2.5 yang cara masuknya dapat melalui saluran pernafasan.
Sebuah studi dari California Environmental Protection Agency pada 2014 lalu telah membuktikan, pasien yang terpapar kabut asap dalam waktu lama, menggandakan resiko terkena serangan jantung ataupun stroke.
- Iritasi
Dalam bentuk yang paling ringan, terkena kabut asap dapat menimbulkan iritasi pada mata, tenggorokan, hidung dan menyebabkan sakit kepala atau alergi.
Asosiasi Paru-paru Kanada mengingatkan, bahwa masker wajah tidak dapat melindungi tubuh dari paparan partikel ekstra kecil yang dibawa oleh kabut asap.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori mengatakan, rencananya TMC dilakukan selama dua hari, yakni pada 23-24 September.
“Kemarin sempat dilakukan TMC, namun belum ada hasil. Sekarang awan penghujan sudah terlihat di Sumsel, kita akan cuba lagi melakukan TMC,” kata Ansori dikutip dari laman kompas.com, Minggu (22/9/2019).
Ansori menyebutkan, saat melakukan TMC nanti mereka akan menggunakan pesawat Hercules untuk menyemai garam. Pesawat itu akan langsung diterbangkan dari Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta. “Kita menggunakan pesawat Hercules karena jarak tempuhnya jauh,” jelasnya.
TMC adalah salah satu cara untuk memadamkan kebakaran lahan yang saat ini masih terus terjadi di Sumsel. Selain itu, kabut asap yang mulai dirasakan oleh warga juga diperkirakan akan berkurang jika telah terjadi hujan.
“Semoga TMC kali ini berhasil, segala upaya sudah dilakukan mulai dari pemadaman darat sampai bom air menggunakan helikopter,” ungkapnya
Sementara, dari data BPBD Sumsel menyebutkan, sebanyak 587 titik api masih terpantau pada Sabtu (21/9). Dari total tersebut, Kabupaten (OKI memiliki titik api terbanyak, yakni 251 hotspot.
Kemudian, Musi Banyuasin (Muba) 159 hotspot, Banyuasin 70 hotspot, Musi Rawas sembilan hotspot, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) 19 hotspots, OKU Timur 23 hotspot, Musirawas Utara 17 hotspot,Ogan Ilir 15 hotspot, Muara Enim 12 hotspot dan Empat Lawang satu hotspot.
Laporan: ID / M.Akbar