Laporan : Herry Santoso
jfID – Sepanjang jalan Dhoho memang menjaji “surga”-nya kuliner khususnya untuk selera malam. Berbagai ragam makanan tradisional siap menyambut tamu yang ingin santap malam.
Dari pecel tumpang, mie nyemek, nasi terik, dan lain-lain terjajakan secara lesehan di trotoar jalan terbesar di Kota Tahu itu.
“Sekarang sepi Mas, sebelum pandemi Covid 19, semakin malam kian ramai di sepanjang Jln. Dhoho ini. Tapi seperti yang sampeyan lihat sendiri, lengannya nggak ketulungan, ” tutur Aniek (48) penjual berbagai menu selera nalam. Ia sudah puluhan tahun dan seakan punya pelanggan tetap. Tapi Peremouan yang menggelar lesehan bersama suaminya itu lebih banyak pertopang dagu.
Lain lagi dengan cerita Yun (29) yang mangkal di Jln. Patimura, kawasan Pasar Setono Betek. Perempuan yang punya spesialisasi jual nasi goreng, mie, dan cap cay ini sampai batinnya meratapi kondisi di tengah pandemi.
“Sepi Mas, entah bagaimana akhirnya kalau terus seperti ini. Sampai jam sekian (00.12) baru laku 8 porsi. ” wajahnya sendu di bawah temaram sorot bola lampu standnya.
Dulu Tak Pernah Tidur
Kota terbesar keempat di Jatim itu sebelum pandemi Covid 19 seakan tak pernah tidur, terus berdenyut seiring kesibukan masyarakatnya yang rata-rata suka melekan dan “nguliner”.
“Kediri memang surganya kuliner malam, Pak. Yang ikonis pecel tumpangnya, mie nyemek, dan nasgornya. Pokoknya beda. Tapi kalau situasi wabah masih merebak seperti ini, ya jelas neraka bagi kami, ” pungkas Ji (52) penjual bakmi di kawasan Jln. Semeru, barat sungai Brantas mengakhiri perbincangan dengan jfID.