Bolehkah Warga NU Tidak Ikut Keputusan Pemerintah dan Departemen Agama dalam Menentukan 1 Syawal?

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read

jfid – Kali ini kita akan membahas topik yang cukup hangat dan sering menjadi perbincangan di masyarakat, yaitu tentang penentuan 1 Syawal.

Jadi, pertanyaannya adalah, bolehkah warga Nahdlatul Ulama (NU) tidak mengikuti keputusan pemerintah dan departemen agama dalam menentukan 1 Syawal? Misalnya, ikut hisab ala Muhammadiyah. Yuk, kita ulas bersama!

Hisab dan Rukyat: Dua Metode yang Berbeda

Sebelum kita masuk ke inti pembahasan, ada baiknya kita pahami dulu apa itu hisab dan rukyat. Hisab adalah metode penentuan awal bulan Hijriyah dengan perhitungan matematis, sedangkan rukyat adalah metode penentuan awal bulan Hijriyah dengan melihat langsung hilal.

Muhammadiyah menggunakan metode hisab, sedangkan NU menggunakan metode rukyatul hilal. Menurut Ustadz Muhammad Hanif Rahman, NU menetapkan bahwa awal bulan Hijriyah, termasuk Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha ditentukan dengan metode rukyatul hilal.

Bolehkah Warga NU Tidak Ikut Keputusan Pemerintah?

Nah, sekarang kita masuk ke pertanyaan utama kita. Bolehkah warga NU tidak mengikuti keputusan pemerintah dan departemen agama dalam menentukan 1 Syawal dan malah ikut hisab ala Muhammadiyah?

Menurut Abdulloh Hamid, dosen Matematika Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), NU dan Muhammadiyah sama-sama menggunakan hisab, namun metode yang digunakan keduanya berbeda.

NU harus mengecek terlebih dahulu hilal dapat terlihat dengan jelas atau tidak dan perhitungannya harus di atas dua derajat baru bisa memastikan keesokannya berpuasa.

Jadi, jika warga NU ingin mengikuti metode hisab ala Muhammadiyah, tentu saja boleh. Namun, perlu diingat bahwa metode yang digunakan NU dan Muhammadiyah berbeda. Jadi, jika warga NU ingin mengikuti metode hisab ala Muhammadiyah, mereka harus memahami dulu perbedaan metode tersebut.

Kesimpulan

Jadi, bolehkah warga NU tidak mengikuti keputusan pemerintah dan departemen agama dalam menentukan 1 Syawal dan malah ikut hisab ala Muhammadiyah?

Jawabannya adalah boleh, asalkan mereka memahami perbedaan metode yang digunakan NU dan Muhammadiyah.

Namun, yang terpenting adalah kita semua tetap menjaga persatuan dan kesatuan, meski memiliki perbedaan dalam menentukan awal bulan Hijriyah.

Karena pada akhirnya, tujuan kita semua adalah sama, yaitu menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri dengan penuh kebahagiaan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article