BMKG: 2024 Masih Panas, Waspadai Banjir dan Kekeringan

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
3 Min Read
BMKG: 2024 Masih Panas, Waspadai Banjir dan Kekeringan
BMKG: 2024 Masih Panas, Waspadai Banjir dan Kekeringan

jfid – Indonesia akan menghadapi tantangan iklim yang beragam pada tahun 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis “Climate Outlook 2024” yang berisi prediksi dan rekomendasi terkait fenomena iklim yang dapat mempengaruhi berbagai sektor pembangunan di Indonesia.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, tahun 2024 akan ditandai oleh fase El Nino Lemah – Moderat di awal tahun, yang kemudian beralih ke fase Netral hingga akhir tahun.

El Nino adalah fenomena pemanasan anomali di Samudra Pasifik yang dapat menyebabkan iklim kering di sebagian wilayah Indonesia.

Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang merupakan fluktuasi suhu permukaan laut di Samudra Hindia, juga diprediksikan akan berada pada fase Netral sepanjang tahun 2024.

Ad image

IOD dapat memicu iklim basah atau kering di Indonesia, tergantung pada perbedaan suhu antara bagian barat dan timur Samudra Hindia.

Dengan kondisi iklim tersebut, BMKG memperkirakan bahwa jumlah curah hujan tahunan pada 2024 akan umumnya normal.

Namun, ada beberapa wilayah yang berpotensi mengalami hujan tahunan di atas normal, seperti sebagian Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua.

Sebaliknya, ada juga wilayah yang berpotensi mengalami hujan tahunan di bawah normal, seperti sebagian Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Papua bagian selatan.

BMKG juga mengingatkan bahwa meskipun kemarau 2024 diprediksikan tidak sekering kemarau 2023, tetap perlu diwaspadai potensi kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan di wilayah yang secara iklim memang memiliki curah hujan yang rendah.

Hal ini terutama berlaku untuk periode kemarau pertama di bulan Februari 2024 untuk wilayah pesisir Sumatera bagian timur, maupun periode kemarau kedua mulai Mei 2024 untuk wilayah lainnya.

Di sisi lain, BMKG juga menyarankan untuk melakukan langkah antisipatif terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor, yang dapat terjadi akibat hujan tahunan yang melebihi rata-rata atau batas normalnya.

Hal ini terutama berlaku untuk wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti Jakarta dan Banten.

Untuk itu, BMKG menekankan pentingnya optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air, seperti sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar dapat mencegah terjadinya banjir.

Selain itu, juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.

BMKG berharap bahwa “Climate Outlook 2024” dapat menjadi panduan bagi Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan seluruh pihak yang terkait atau terdampak oleh fenomena iklim, untuk melakukan perencanaan dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan kondisi iklim yang diperkirakan.

Dengan demikian, dampak negatif iklim dapat diminimalisir dan dampak positifnya dapat dimaksimalkan.

Share This Article