Bahar bin Smith Ulama Gadungan yang Sering Pamer Mobil Mewah?

Noer Huda
3 Min Read
Bahar bin Smith Ulama Gadungan yang Sering Pamer Mobil Mewah? (Ilustrasi)
Bahar bin Smith Ulama Gadungan yang Sering Pamer Mobil Mewah? (Ilustrasi)

jfid – Bahar bin Smith, penceramah kontroversial, kembali menjadi pusat perhatian publik.

Perseteruan panas dengan musisi legendaris Rhoma Irama mengenai status nasab habib memicu berbagai reaksi.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah munculnya sosok yang dengan tegas menyebut Bahar bin Smith sebagai ulama gadungan.

Guru Gembul, seorang tokoh yang cukup dikenal di kalangan masyarakat, mengkritik gaya hidup mewah Bahar bin Smith.

Menurutnya, perilaku Bahar yang sering memamerkan mobil-mobil mewah sangat bertentangan dengan sikap sederhana yang dicontohkan oleh ulama lain dan Rasulullah SAW.

“Pak Habib Bahar itu sering flexing, sering menampilkan motornya keren banget, mobilnya sport yang keren banget, harta kekayaan,” ungkap Guru Gembul dikutip dari suara.com(1/7/2024).

Fakta yang mendukung pernyataan ini cukup mencolok. Bahar bin Smith memang kerap terlihat menggunakan mobil-mobil mewah dalam berbagai kesempatan.

Salah satu yang paling mencolok adalah Ferrari berwarna emas yang digunakan untuk menjemputnya setelah keluar dari penjara.

Selain itu, ia juga memiliki Toyota Alphard keluaran 2009 dengan plat nomor unik, serta Mercedes Benz E-Class dengan nomor polisi B 4 HR yang mencerminkan namanya.

Bahar, yang lahir di Manado pada 23 Juli 1985, juga diketahui memiliki koleksi kendaraan mewah lainnya.

Di antaranya Mazda MX-5 lansiran tahun 2000-an yang sudah dimodifikasi, dan Toyota Land Cruiser Cygnus produksi tahun 1999 berwarna hitam.

Selain mobil, ia juga memiliki moge hitam yang pernah terlihat ditumpanginya.

Berdasarkan koleksi kendaraannya tersebut, tak mengherankan jika aset kekayaan Habib Bahar diperkirakan mencapai miliaran Rupiah.

Pandangan kritis Guru Gembul terhadap Bahar bin Smith memicu diskusi luas di kalangan masyarakat.

Banyak yang mempertanyakan, apakah gaya hidup mewah ini sesuai dengan nilai-nilai yang seharusnya dipegang oleh seorang ulama.

Di sisi lain, ada pula yang mendukung Bahar, menganggap bahwa keberhasilan finansial tidak harus mengurangi kredibilitas seseorang dalam berdakwah.

Dalam situasi yang semakin memanas ini, penting untuk mengedepankan verifikasi dan analisis mendalam sebelum menarik kesimpulan.

Apakah gaya hidup mewah benar-benar mengurangi otoritas moral seorang penceramah, ataukah ini hanya persoalan persepsi yang perlu dikaji lebih jauh?

Jawaban dari pertanyaan ini mungkin akan menjadi refleksi penting bagi masyarakat dalam menilai integritas seorang tokoh agama di era modern ini.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article