Azam Khan Minta Maaf soal Perkataan “Hanya Monyet”

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
2 Min Read
- Advertisement -

jfid – Azam Khan, seorang pengacara yang pernah membela Habib Rizieq Shihab, menjadi sorotan publik. Pasalnya, dalam acara penolakan Ibu Kota Negara baru yang digelar Koalisi Persaudaraan dan Advokasi Umat (KPAU) pada Senin 17 Januari 2022, berbuntut panjang.

Edy Mulyadi sebagai pembicara, mengungkapkan perkataan kontroversial, jika Ibu Kota Negara baru yang terletak di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur adalah tempat “Jin Buang Anak”. Dan dirinya menyebut lokasi IKN sebagai tempat kuntilanak dan Gendruwo.

Dilain hal, Azam Khan yang duduk bersebelahan dengan Edy Mulyadi melontarkan celetukan kata “Hanya Monyet” dan ucapan itu menjadi sorotan diberbagai media.

Saat Edy Mulyadi mengatakan, “Mana mau (Azam Khan, red) yang tinggal di Gunung Sari Jakarta, menjual rumah dan pindah ke Penajam Paser Utara,” ucap Edy, sebagaimana yang tersiar di channel mimbar tube.

Ad image

Lalu, Azam Khan nyeletuk dengan perkataan “Hanya Monyet”

Perkataan itupun menuai amarah dari masyarakat Dayak. Berbagai protes terjadi di Kalimantan. Seperti halnya di Samarinda, masyarakat Dayak melakukan ritual penyembelihan kepala babi.

Di Kalimantan Timur, sebuah baliho besar bertuliskan “Wanted Edy Mulyadi CS”

Brigjen pol Ahmad Ramadhan, Karopenmas Divisi Humas Polri, mengungkapkan jika laporan yang tertuju pada Edy Mulyadi, diambil alih Bareskrim Polri.

“Hingga saat ini, Ada 3 laporan polisi, 16 pengaduan masyarakat, dan 18 pernyataan sikap,” terang Ahmad Ramadhan. Selasa (25/1/2022).

Azam Khan dalam sebuah video berdurasi 2 menit 38 detik, didampingi Egi Sudjana memberikan klarifikasi dan permohonan maaf pada masyarakat Kalimantan.

“Kepada masyarakat Kalimantan, jika perkataan saya miss, dianggap salah, saya meminta maaf sebesar-besarnya. Demi Allah, saya sama sekali tidak bermaksud mendiskreditkan orang Kalimantan dalam konteks bahasa itu. Sebenarnya, dalam konteks bahasa itu, faktanya, saya pindah sama dengan monyet, karena situasinya kala itu lokasi IKN hutan belantara,” jelas Azam Khan. (DN).

- Advertisement -
Share This Article