jfid – Konflik berkepanjangan di Jalur Gaza telah menimbulkan ancaman serius bagi Amerika Serikat (AS), dengan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menuding AS bertanggung jawab penuh atas situasi tersebut.
Nasrallah menekankan bahwa untuk mencegah perang regional, AS harus menghentikan agresi di Gaza dengan segera. Ancaman ini datang tanpa rasa takut, meskipun AS mengirimkan dua kapal induk ke kawasan Mediterania timur.
Nasrallah dengan tegas menyatakan bahwa armada AS dan pertempuran udara tidak akan berdampak apa-apa, dan AS beserta tentaranya akan menanggung konsekuensinya pertama kali.
Namun, respons datang dari pihak AS melalui Sekretaris Pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, yang memperingatkan Hizbullah untuk tidak memperburuk situasi.
Jean-Pierre menegaskan bahwa AS tidak menginginkan konflik ini meluas hingga ke Lebanon, dan jika Hizbullah bertindak agresif, hal ini berpotensi memicu konflik lebih dahsyat antara Israel dan Lebanon, melebihi apa yang terjadi pada tahun 2006.
Situasi ini menyoroti kompleksitas dan bahaya konflik di Timur Tengah. Konflik ini tidak hanya mengancam perdamaian regional tetapi juga membawa dampak global dengan melibatkan aktor-aktor besar seperti AS.
Perlu ada upaya lebih besar dan kerjasama antar negara untuk menyelesaikan konflik di Gaza secara adil dan mencari solusi jangka panjang. Tanpa penyelesaian yang baik, ancaman perang regional yang lebih besar tetap mengintai, membawa dampak yang meluas dan merugikan bagi semua pihak yang terlibat.