Jurnal Faktual – Anies Baswedan adalah salah satu tokoh yang santer digadang-gadang sebagai calon presiden di Pemilu 2024. Ia merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta yang dikenal dengan berbagai kebijakan dan programnya, baik yang mendapat pujian maupun kritik. Siapa sebenarnya Anies Baswedan? Bagaimana rekam jejak, kontroversi, prestasi, kinerja dan elektabilitasnya? Apa pandangan masyarakat terhadapnya? Dan siapa calon wakil presiden yang akan mendampinginya? Yuk, simak ulasan berikut ini!
Rekam Jejak
Anies Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 7 Mei 1969. Ia merupakan cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang pejuang kemerdekaan dan pendiri harian Pedoman. Ia menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Maryland, dan Northern Illinois University. Ia memperoleh gelar doktor dalam bidang ilmu politik pada tahun 1999.
Sebelum terjun ke dunia politik, Anies Baswedan dikenal sebagai akademisi dan aktivis sosial. Ia pernah menjadi rektor Universitas Paramadina selama delapan tahun (2007-2015) dan menggagas gerakan Indonesia Mengajar, sebuah program pengiriman lulusan perguruan tinggi terbaik untuk mengajar di daerah-daerah terpencil.
Rekam jejak politik Anies Baswedan dimulai pada tahun 2013, ketika ia mencalonkan diri sebagai capres lewat konvensi Partai Demokrat. Meski gagal menjadi capres, ia tetap aktif di dunia politik hingga pada tahun 2014 ia ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) pada Kabinet Kerja.
Sebagai Mendikbud, Anies Baswedan mengeluarkan beberapa kebijakan yang menuai pro dan kontra, seperti moratorium ujian nasional, program sekolah lima hari, dan penghapusan kurikulum 2013 . Ia juga sempat berseteru dengan Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta terkait pengelolaan Dana Abadi Pendidikan Tinggi (DAPT). Pada tahun 2016, ia dicopot dari jabatannya oleh Presiden Joko Widodo.
Setelah tidak lagi menjadi Mendikbud, Anies Baswedan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017. Ia berpasangan dengan Sandiaga Uno dan diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia berhasil mengalahkan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dengan perolehan suara sebesar 57,96 persen .
Kontroversi
Selama berkarier di dunia politik, Anies Baswedan tidak lepas dari berbagai kontroversi yang mengiringinya. Beberapa di antaranya adalah:
- Pada Pilkada DKI 2017, Anies Baswedan dituding melakukan politisasi isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) untuk menggalang dukungan dari kelompok Islam konservatif yang menentang Ahok. Ia juga sempat membuat pernyataan yang dianggap menghina etnis Tionghoa dengan menyebut kata “pribumi”.
- Pada tahun 2018, Anies Baswedan menuai kritik karena mengeluarkan izin reklamasi Pulau D dan E di Teluk Jakarta, padahal sebelumnya ia menjanjikan akan menghentikan proyek reklamasi tersebut. Ia juga dikritik karena memberikan izin pembangunan Meikarta, sebuah kota baru di Cikarang yang diduga bermasalah hukum.
- Pada tahun 2019, Anies Baswedan mendapat sorotan karena tidak mampu menangani banjir besar yang melanda Jakarta pada awal tahun. Ia juga dituding tidak transparan dalam pengelolaan anggaran penanganan banjir. Selain itu, ia juga dikecam karena mengeluarkan pernyataan yang dinilai tidak sensitif terhadap korban banjir, seperti menyebut banjir sebagai “musibah biasa” dan “berkah”.
- Pada tahun 2020, Anies Baswedan menjadi sasaran protes karena kebijakannya yang dianggap inkonsisten dalam menangani pandemi Covid-19. Ia sempat melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Juni 2020, namun kemudian kembali memberlakukan PSBB ketat pada September 2020 . Ia juga dikritik karena tidak tegas dalam menindak pelanggar protokol kesehatan, seperti Habib Rizieq Shihab yang menggelar acara pernikahan putrinya dengan massa yang berkerumun.
- Pada tahun 2021, Anies Baswedan menjadi bahan perbincangan karena dicalonkan sebagai capres oleh Partai NasDem. Ia mulai gencar melakukan safari politik ke berbagai daerah, namun disebut-sebut telah curi start kampanye. Ia juga menuai kontroversi karena pernyataannya yang menyebut bahwa “pakai baju batik adalah pelanggaran”. Selain itu, ia juga mendapat sorotan karena pembangunan Stadion Internasional Jakarta yang diduga bermasalah dalam hal desain dan konstruksi.
Prestasi
Di samping kontroversi-kontroversinya, Anies Baswedan juga memiliki beberapa prestasi yang patut diapresiasi. Beberapa di antaranya adalah:
- Pada tahun 2009, Anies Baswedan mendapat penghargaan The 100 Most Influential People in the World dari majalah Time. Ia masuk dalam kategori Heroes and Icons bersama dengan Barack Obama, Oprah Winfrey, dan Dalai Lama.
- Pada tahun 2010, Anies Baswedan mendapat penghargaan The Young Global Leader dari World Economic Forum. Ia menjadi salah satu dari 197 pemimpin muda dari seluruh dunia yang dipilih berdasarkan prestasi profesional, komitmen terhadap masyarakat, dan potensi kepemimpinan.
- Pada tahun 2014, Anies Baswedan mendapat penghargaan The Asia Game Changer Award dari Asia Society. Ia diakui sebagai salah satu tokoh yang berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif di Asia melalui gerakan Indonesia Mengajar.
- Pada tahun 2018, Anies Baswedan mendapat penghargaan The Best Governor of the Year dari Majalah Tempo. Ia dinilai berhasil menjalankan program-program unggulannya dan meningkatkan kesejahteraan warga Jakarta.
Elektabilitas
Elektabilitas adalah tingkat kemungkinan seseorang untuk dipilih oleh pemilih dalam sebuah pemilihan umum. Elektabilitas dapat diukur melalui berbagai metode, salah satunya adalah survei opini publik. Survei opini publik biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga survei yang independen dan kredibel dengan menggunakan sampel dan metode yang representatif dan valid.
Anies Baswedan, sebagai salah satu bakal calon presiden pada Pilpres 2024, tentu memiliki elektabilitas yang dapat berubah-ubah seiring dengan dinamika politik dan sosial. Berdasarkan beberapa survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga, Anies Baswedan memiliki elektabilitas yang berbeda-beda:
- Menurut survei yang digelar oleh Lingkar Survei Jakarta (LSJ), Anies Baswedan memiliki elektabilitas sebesar 16,9 persen, berada di urutan ketiga setelah Prabowo Subianto (20,1 persen) dan Ganjar Pranowo (18,7 persen).
- Menurut survei yang dilakukan oleh Y-Publica, Anies Baswedan meraih elektabilitas sebesar 17,2 persen, berada di urutan ketiga setelah Prabowo Subianto (23,4 persen) dan Ganjar Pranowo (22,8 persen).
- Menurut survei yang dilakukan oleh Polmatrix, Anies Baswedan berada di posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 20,8 persen, diikuti oleh Prabowo Subianto (19,6 persen) dan Ganjar Pranowo (18,9 persen).
- Menurut survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas, Anies Baswedan berada di urutan ketiga dengan elektabilitas sebesar 13,1 persen, setelah Ganjar Pranowo (25,3 persen) dan Prabowo Subianto (18,1 persen).
- Menurut survei yang dilakukan oleh BBC Indonesia bersama Lembaga Survei Indonesia (LSI), Anies Baswedan berada di urutan ketiga dengan elektabilitas sebesar 14,8 persen, setelah Prabowo Subianto (21,6 persen) dan Ganjar Pranowo (19,2 persen).
Dari hasil-hasil survei tersebut, dapat dilihat bahwa elektabilitas Anies Baswedan cenderung menurun dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Adanya pergeseran dukungan dari para pendukung Prabowo Subianto yang kembali mendukungnya setelah ia menunjukkan kinerja positif sebagai Menteri Pertahanan .
- Kurangnya sosialisasi dan pergerakan politik dari Anies Baswedan di daerah-daerah basis pemilihnya, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur .
- Kurangnya inovasi dan prestasi dari Anies Baswedan sebagai gubernur DKI Jakarta yang dapat menarik perhatian publik.
Meski demikian, elektabilitas Anies Baswedan masih cukup tinggi dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain yang memiliki elektabilitas di bawah 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan masih memiliki peluang untuk bersaing dalam Pilpres 2024 jika ia mampu meningkatkan kinerja, citra, dan komunikasi politiknya.