AMIN ini, Urusan Kemanusiaan Pun Dijadikan Janji Politik, Demi Ambisinya?

Rasyiqi
By Rasyiqi
7 Min Read

jfid – Pemilihan Presiden 2024 semakin memanas, atau absurd. Salah satu pasangan yang menarik perhatian adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau AMIN yang diusung oleh Koalisi Perubahan. Bagaimana tidak?

Pasangan AMIN mengusung tema “Perubahan untuk Indonesia (mungkin) Maju”. Mereka menjanjikan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperkuat demokrasi, dan membangun Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkeadilan.

Namun, ada satu janji yang cukup kontroversial dan menimbulkan pertanyaan. Pasangan AMIN berjanji akan membuat Indonesia lebih aktif dalam membantu Palestina dan umat Islam di Rohingya bila nantinya menang Pilpres 2024.

Janji ini disampaikan oleh Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar, saat menghadiri jalan sehat santri sarungan di Jember, Jawa Timur, Minggu (29/10/2023). Di hadapan ribuan peserta, Cak Imin mengatakan bahwa sebagai negara dengan kekuatan penduduk umat Islam terbesar dan terbanyak di dunia, Indonesia semestinya bisa berbuat lebih banyak untuk menolong saudara di Palestina dan Rohingya.

“AMIN menang kita tolong saudara kita di Rohingya. AMIN menang kita tolong saudara kita di seluruh dunia,” ucapnya dengan penuh semangat. Cak Imin kemudian mengajak peserta untuk merenung dan berdoa agar warga Palestina diberi kekuatan atas gempuran Israel.

“Saudara-saudara Bapak Ibu hadirin, mari kita merenung sejenak seraya berdoa. Memohon kepada Allah agar saudara-saudara kita di Palestina yang sedang menderita akibat gempuran Israel segera selamat semuanya Amin,” kata Cak Imin.

Janji politik Cak Imin ini tentu saja mendapat respons positif dari para pendukungnya yang mayoritas adalah santri dan pengikut Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia yang juga dipimpin oleh Cak Imin sebagai Ketua Umum PBNU.

Mereka bersorak dan bertepuk tangan menyambut janji tersebut. Bagi mereka, janji ini merupakan bentuk kepedulian dan solidaritas terhadap sesama umat Islam yang tertindas. Lihat betapa mudahnya warga Indonesia bersorak.

Namun, tidak semua orang menyambut baik janji Cak Imin. Beberapa pihak menilai bahwa janji ini hanyalah sebuah retorika politik belaka yang tidak memiliki landasan hukum dan strategi yang jelas.

Mereka menyoroti bahwa janji ini tidak sesuai dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain.

Selain itu, mereka juga mempertanyakan motif sebenarnya di balik janji ini. Apakah Cak Imin benar-benar peduli dengan nasib Palestina dan Rohingya atau hanya sekadar mencari simpati dari pemilih Muslim yang mayoritas di Indonesia? Apakah Cak Imin memiliki kompetensi dan pengalaman dalam bidang diplomasi internasional atau hanya mengandalkan popularitasnya sebagai tokoh NU? Apakah Cak Imin sadar akan risiko dan konsekuensi dari janji ini atau hanya asal bicara tanpa memikirkan dampaknya?.

Pertanyaan semacam itu hanya bisa dijawab ketika AMIN menang, karena masih janji yang kadang tidak selalu ditepati, atau karena satu dan lain hal, seringkali begitu (terlupakan) seperti yang sudah-sudah.

Janji politik Cak Imin ini menunjukkan betapa ambisiusnya dia untuk menjadi wakil presiden pendamping Anies Baswedan. Dia tidak segan-segan menggunakan isu kemanusiaan sebagai alat untuk meraih dukungan dari pemilih Muslim yang jumlahnya sangat besar di Indonesia.

Dia juga tidak peduli dengan kritik dan kecaman yang mungkin akan datang dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan janji ini.

Janji politik Cak Imin ini juga menunjukkan betapa rapuhnya moral politik di Indonesia. Banyak politisi yang tidak memiliki integritas dan tanggung jawab dalam berjanji kepada rakyat.

Mereka hanya berpikir tentang kepentingan pribadi dan kelompoknya saja tanpa memperhatikan kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat. Mereka juga tidak mempertimbangkan aspek hukum, etika, dan rasionalitas dalam membuat janji politik.

Janji politik Cak Imin ini seharusnya menjadi bahan evaluasi dan introspeksi bagi dirinya sendiri dan para politisi lainnya. Mereka harus sadar bahwa janji politik bukanlah hal yang sepele yang bisa diucapkan sembarangan.

Janji politik adalah sebuah komitmen yang harus diwujudkan dengan kerja keras dan kerjasama dengan semua pihak. Janji politik adalah sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat dan Tuhan.

Janji politik Cak Imin ini juga seharusnya menjadi bahan edukasi dan kritisisme bagi rakyat Indonesia. Mereka harus cerdas dan selektif dalam menilai dan memilih calon pemimpin mereka.

Mereka tidak boleh mudah terpengaruh oleh janji-janji manis yang tidak realistis dan tidak bertanggung jawab. Mereka harus menuntut bukti dan kinerja dari calon pemimpin mereka.

Mereka harus mengawasi dan mengontrol jalannya pemerintahan.

Janji politik Cak Imin ini adalah salah satu contoh dari fenomena janji politik di Indonesia yang sering kali bercorak akan mengecewakan rakyat. Janji politik yang tidak diiringi oleh niat baik, kemampuan, dan konsistensi hanya akan menjadi omong kosong belaka.

Janji politik yang tidak didasari oleh visi, misi, dan strategi yang jelas hanya akan menjadi mimpi di siang bolong. Janji politik yang tidak berlandaskan hukum, etika, dan rasionalitas hanya akan menjadi bumerang bagi pembuatnya.

Janji politik Cak Imin ini adalah sebuah tantangan bagi kita semua untuk menjadi lebih bijak, kritis, dan bertanggung jawab dalam berpolitik.

Kita harus mampu membedakan antara janji politik yang realistis dan idealistis, antara janji politik yang substantif dan retorik, antara janji politik yang konstruktif dan destruktif.

Kita harus mampu menuntut janji politik yang sesuai dengan kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat. Kita harus mampu mengawal janji politik agar menjadi kenyataan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article