jfid – Aksi keluarga korban penembakan oleh 5 aparat kepolisian Sumenep kembali berlangsung hingga larut malam, di depan Mapolres. Massa menuntut dan mendesak kejelasan tentang perkara penembakan pada 13 Maret di Jln. Adirasa, desa Kolor, yang mengakibatkan hilangnya nyawa Herman (ODGJ). Rabu (6/4/2022).
Keluarga Herman didampingi aktivis GMNI cabang Sumenep, menuntut kejelasan dari Kapolres Sumenep untuk segera bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh 5 oknum kepolisian resort Sumenep.
Robi Nurrahman, ketua DPC GMNI Sumenep saat dikonfirmasi mengatakan pada jurnalfaktual.id, jika Kapolres Sumenep memiliki tanggung jawab moral terkait insiden yang menewaskan Herman (ODGJ).
“Kapolres Sumenep tidak bisa hanya menunggu hasil Investigasi dari Polda Jatim. Karena Kapolres Sumenep memiliki tanggung jawab moral atas peristiwa penembakan terhadap Herman. Pada 17 Maret, dari 6 tuntutan kami yang salah satu poinnya berisikan pecat dan pidanakan 5 oknum polisi pelaku penembakan. Dan Kapolres menyetujui dengan menandatangani tuntutan kami,” tegas Robi Nurrahman, ketua DPC GMNI Sumenep.
Sedangkan AKBP Rahman Wijaya, saat dikonfirmasi jurnalfaktual.id, terkait tenggang waktu hasil investigasi Polda Jatim atas penembakan yang dilakukan oleh 5 oknum Resmob Polres Sumenep, pihaknya menyampaikan,
“Sampai saat ini masih dalam proses penanganan dari pihak Polda Jatim. Nanti, masih menunggu hasil penyidikan dari Polda. Kalau belum ada hasilnya, kita belum bisa menyampaikan hal tersebut. Jika semuanya sudah cukup, insyaallah kita rilis,” terang Kapolres Sumenep pada jurnalfaktual.id, Rabu (6/4/2022) di depan Mapolres Sumenep.
Massa aksi bertahan di depan Mapolres Sumenep hingga buka puasa di lokasi. Pada pukul 18.15, AKBP Rahman Wijaya akhirnya keluar menemui massa aksi, dan meminta pada perwakilan massa untuk melakukan diskusi sehabis sholat tarawih. Dan akhirnya massa membubarkan diri. (DN)