Aksi Bertajuk Bela Ulama, Pemuda Loteng: Demokrasinya masih Hidup tapi Isunya agak Kurang Tepat

Syahril Abdillah
3 Min Read
Bahaidin Ahmad Aktivis dan Tokoh Muda Lombok Tengah (Foto: Redaksi)
Bahaidin Ahmad Aktivis dan Tokoh Muda Lombok Tengah (Foto: Redaksi)

Lombok Tengah,- Gerakan Masyarakat Lombok Tengah akan melakukan demonstrasi untuk mengkawal perubahan nama Bandara International Lombok (BIL) ke Bandara International Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) ke Kantor Bupati dan Gedung DPRD Kabupaten Lombok Tengah, Rabu, 20/11/2019.

Aksi yang bertajuk bela ulama pahlawan nasional ini menurut surat pemberitahuan aksi akan melibatkan 10.000 massa yang titik kumpulnya di Lapangan Bunder, Praya Lombok Tengah.

Setelah beberapa waktu yang lalu Gerakan Masyarakat Menolak Perubahan Nama Bandara (Geram) melakukan protes di Kantor Gubernur NTB dan Gedung DPRD NTB, kini terdapat gerakan dengan nada mendukung penetapan nama Bandar kebanggaan masyarakat Lombok Tersebut.

“saya secara pribadi katakan itu bagus dan baik, sebab hak menyampaikan pendapat di muka umum itu dilindungi oleh konstitusi kita” sebut Bahaidin, Pemuda Lombok Tengah.

Perkara aksi atas nama gerakan apapun, di Lombok Tengah, merupakan indikator demokrasi di Kabupaten Lombok Tengah masih eksis dan hidup.

“artinya, jikalau ada aksi dan gerakan apapun, indikasinya demokrasi di Lombok Tengah masih hidup, apalagi menurut info aksi tersebut akan dirangkaikan dengan sholawatan, maulid dan istigotsah” lanjutnya.

Dibalik indikator demokrasi Lombok Tengah yang masih hidup atas aksi yang bertajuk bela ulama pahlawan nasional tersebut, Bahaidin menilainya agak kurang tepat, sebab semua masyarakat Lombok Tengah mencintai almagfurullah TGH. Zainuddin Abdul Madjid.

“kita sayangkan kalau isunya membela ulama, karena tidak satupun masyarakat Lombok Tengah, baik yang pro dan kontra terhadap nama Bandara disematkan pada nama TGH. Zainuddin Abdul Madjid tidak mencintai dan memuliakan ke ulamaanya beliau” Jelas Aktivis NTB tersebut.

Terkait dengan perubahan nama Bandara International Lombok sendiri, Bahaidin menyatakan tidak setuju sebab terdapat proses dan perbedaan pandangan yang salah.

“alasanya, ada proses dan perbedaan persfektive yang kami pemuda Lombok Tengah asumsikan salah, sehingga kami menolak perubahan nama Bandara itu, kami klarifikasi kan bahwa tidak ada alasan dan isu lain” tegasnya.

Melihat dinamika masyarakat Lombok Tengah terhadap perubahan nama Bandara International Lombok tersebut ada yang pro dan kontra, maka di mohon untuk masyarakat Lombok Tengah tetap seperti adat Lombok Tengah yang mencintai persatuan.

“jadi sekali lagi saya memohon kepada semua kita, mari kita jaga persatuan dan kesatuan serta jangan sampai perbedaan pendapat dan pandangan ini menimbulkan perpecahan yang berlarut-larut” ajaknya.

Kekhawatiran terhadap perpecahan masyarakat menurutnya sangat berbahaya, sebab segala pembangunan dan keadaan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah akan tersendat.

“hal-hal semacam ini adalah hal biasa dalam negar demokrasi, akan tetapi jangan sampai hal yang biasa ini menjadi bumerang dan justru menjadi negative” sebut Bahaidin.

Laporan: Muh Rizwan

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article