Sejarah Panjang Hubungan Converse dengan Israel: Dari Kolaborasi hingga Kontroversi Terbaru

zing
By zing
5 Min Read
Sejarah Panjang Hubungan Converse dengan Israel: Dari Kolaborasi hingga Kontroversi Terbaru
Sejarah Panjang Hubungan Converse dengan Israel: Dari Kolaborasi hingga Kontroversi Terbaru

jfid – Converse, merek sepatu ikonik yang didirikan pada tahun 1908, telah lama menjadi bagian dari budaya populer di seluruh dunia.

Hubungan antara Converse dan Israel memiliki sejarah yang kompleks dan menarik, mulai dari kolaborasi dengan perusahaan lokal hingga kontroversi yang muncul dalam beberapa tahun terakhir.

Artikel ini akan mengulas perjalanan panjang tersebut, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana hubungan ini berkembang dan dampaknya.

Awal Kolaborasi dengan Perusahaan Israel

Hubungan Converse dengan Israel dimulai beberapa dekade lalu melalui kolaborasi dengan distributor dan pengecer lokal.

Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, Converse mulai bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Israel untuk memasarkan dan mendistribusikan produk mereka di wilayah tersebut.

Salah satu mitra utama Converse di Israel adalah Brill Group, yang bertanggung jawab atas distribusi dan penjualan sepatu Converse di negara tersebut.

Kolaborasi ini tidak hanya membawa produk-produk Converse ke pasar Israel, tetapi juga membuka peluang bagi merek tersebut untuk beradaptasi dengan selera lokal.

Converse menjadi sangat populer di kalangan anak muda Israel, dengan Chuck Taylor All Star menjadi salah satu produk paling laris.

Kesuksesan ini sebagian besar berkat upaya pemasaran yang efektif dan kerjasama erat dengan pengecer lokal yang memahami kebutuhan pasar Israel.

Perkembangan dan Ekspansi

Selama bertahun-tahun, hubungan ini terus berkembang. Pada 2010, Converse membuka toko flagship pertamanya di Tel Aviv, yang menandai komitmen jangka panjang merek ini di Israel.

Pembukaan toko ini menunjukkan dedikasi Converse untuk memperkuat kehadirannya di pasar Israel dan menjadi bagian integral dari budaya fashion lokal.

Selain itu, Converse juga terlibat dalam berbagai inisiatif lokal, termasuk kolaborasi dengan seniman dan desainer Israel.

Ini tidak hanya memperkuat hubungan bisnis tetapi juga membangun jembatan budaya antara Converse dan komunitas kreatif Israel.

Misalnya, beberapa edisi terbatas sepatu Converse menampilkan desain dari seniman-seniman lokal, yang semakin memperkuat daya tarik merek ini di kalangan konsumen Israel.

Kontroversi Terbaru

Namun, hubungan Converse dengan Israel tidak selalu mulus. Pada beberapa tahun terakhir, Converse menghadapi kontroversi terkait hubungan bisnisnya dengan Israel, terutama di tengah meningkatnya tekanan dari gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS).

Gerakan ini menyerukan boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang berbisnis dengan Israel sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah Israel terhadap Palestina.

Salah satu insiden yang menonjol adalah ketika kampanye BDS menargetkan Converse karena kemitraannya dengan Brill Group.

Aktivis BDS menuduh Converse mendukung “apartheid” Israel melalui hubungannya dengan distributor lokal.

Meskipun demikian, Converse tetap mempertahankan operasi mereka di Israel, menegaskan bahwa mereka berkomitmen untuk melayani pelanggan di seluruh dunia tanpa memandang konflik politik.

Selain itu, beberapa laporan menyebutkan adanya tekanan dari pihak-pihak tertentu untuk mengakhiri hubungan bisnis dengan Israel.

Namun, hingga kini, Converse tetap mempertahankan komitmennya di pasar Israel, dengan alasan bahwa mereka berfokus pada menyediakan produk kepada konsumen dan mendukung industri lokal.

Pandangan ke Depan

Hubungan antara Converse dan Israel adalah cerminan dari dinamika bisnis global yang kompleks, di mana merek internasional harus menavigasi berbagai tantangan politik dan sosial.

Sementara kolaborasi dengan perusahaan lokal telah membawa banyak manfaat, termasuk peningkatan penjualan dan pengaruh budaya, kontroversi yang muncul menunjukkan bahwa hubungan bisnis di wilayah yang penuh konflik selalu menghadirkan risiko tersendiri.

Melihat ke depan, akan menarik untuk melihat bagaimana Converse mengelola tantangan ini dan mempertahankan posisinya di pasar Israel.

Dengan meningkatnya tekanan dari berbagai kelompok, Converse mungkin perlu menyesuaikan strategi bisnisnya untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pasar dan tanggung jawab sosial.

Pada akhirnya, sejarah panjang hubungan Converse dengan Israel menunjukkan bahwa bisnis tidak pernah terlepas dari konteks politik dan sosial di sekitarnya.

Merek seperti Converse harus terus beradaptasi dan berinovasi untuk tetap relevan dan bertanggung jawab di tengah perubahan lanskap global.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email faktual2015@gmail.com

Share This Article