Pesantren: Tempat Suci atau Sarang Predator Seksual?

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read
Kontroversi Akeloy Production: YouTuber Ditangkap Polisi
Kontroversi Akeloy Production: YouTuber Ditangkap Polisi

jfid – Pelecehan seksual dan sodomi di pesantren bukanlah hal baru. Namun, ironisnya, banyak kasus ini yang ditutup-tutupi.

Seolah-olah, pesantren adalah tempat suci yang bebas dari dosa dan kejahatan. Namun, kenyataannya? Jauh dari itu.

Kasus Pelecehan Seksual dan Sodomi di Pesantren

Sejumlah kasus pelecehan seksual dan sodomi di pesantren telah terungkap belakangan ini.

Misalnya, kasus di Bandung dan Cilacap, di mana seorang guru dan pemilik pondok pesantren di Bandung memperkosa 12 santriwatinya, bahkan 8 santri di antaranya telah melahirkan.

Selain itu, seorang guru agama di Cilacap, Jawa Tengah, dilaporkan telah mencabuli 15 siswi sekolah dasar di tempatnya mengajar.

Kasus serupa juga terjadi di Jombang, Jember, dan Depok. Bahkan, ada film pendek berjudul ‘Guru Tugas’ yang menceritakan seorang guru agama dari Jember yang melakukan pelecehan seksual terhadap murid saat bertugas di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Bangkalan, Madura.

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?

Pertanyaannya, mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah pesantren tidak seharusnya menjadi tempat yang aman bagi santri-santrinya? Apakah para guru agama tidak seharusnya menjadi panutan moral bagi santri-santrinya?

Jawabannya mungkin terletak pada struktur kekuasaan di pesantren itu sendiri. Dalam banyak kasus, guru agama atau kyai memiliki kekuasaan absolut atas santri-santrinya.

Mereka dianggap sebagai figur yang tidak bisa salah, dan santri-santri diharapkan untuk patuh dan tunduk kepada mereka.

Namun, kekuasaan absolut ini seringkali disalahgunakan. Para guru agama atau kyai ini memanfaatkan posisi mereka untuk melakukan pelecehan seksual dan sodomi terhadap santri-santrinya.

Dan karena mereka memiliki kekuasaan absolut, santri-santri ini seringkali merasa takut untuk melawan atau melaporkan tindakan tersebut.

Apa yang Harus Dilakukan?

Pertama, pesantren harus melakukan introspeksi diri. Mereka harus mengakui bahwa ada masalah serius yang perlu ditangani.

Mereka harus berhenti menutup-nutupi kasus-kasus pelecehan seksual dan sodomi ini dan mulai mengambil tindakan.

Kedua, pesantren harus melakukan reformasi struktural. Mereka harus menghapus sistem kekuasaan absolut dan menggantinya dengan sistem yang lebih demokratis dan transparan.

Mereka harus memastikan bahwa para guru agama atau kyai ini tidak bisa lagi memanfaatkan posisi mereka untuk melakukan pelecehan seksual dan sodomi.

Ketiga, pesantren harus memberikan pendidikan seks yang tepat kepada santri-santrinya. Mereka harus mengajarkan bahwa setiap individu memiliki hak untuk merasa aman dan bebas dari pelecehan seksual dan sodomi.

Mereka harus mengajarkan bahwa pelecehan seksual dan sodomi adalah tindakan yang salah dan tidak dapat ditoleransi.

Kesimpulan

Pelecehan seksual dan sodomi di pesantren adalah masalah yang serius dan perlu ditangani dengan serius.

Pesantren harus melakukan introspeksi diri dan mengambil tindakan untuk mencegah kasus-kasus seperti ini terjadi lagi di masa depan. Hanya dengan cara ini, pesantren bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi santri-santrinya.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article