jfid – Kelelawar adalah hewan malam yang terkenal dengan kemampuan ekolokasinya, yaitu menggunakan gema suara untuk menavigasi dan berburu dalam gelap. Namun, apakah benar bahwa kelelawar itu buta? Ataukah itu hanya mitos yang salah kaprah? Mari kita simak penjelasannya.
Mitos: Kelelawar itu buta
Mitos ini mungkin berasal dari anggapan bahwa kelelawar tidak membutuhkan mata karena mereka berburu menggunakan ekolokasi. Selain itu, mata kelelawar yang kecil dan tersembunyi di balik bulu juga mungkin membuat orang berpikir bahwa mereka tidak bisa melihat. Mitos ini juga sering digunakan sebagai perumpamaan untuk orang yang memiliki penglihatan buruk.
Fakta: Kelelawar tidak buta
Fakta yang sebenarnya adalah bahwa kelelawar tidak buta sama sekali dan bahkan memiliki penglihatan yang cukup baik. Menurut Dr. Christopher S. Baird dari Science Question, kelelawar dapat melihat dengan mata mereka dan penglihatan mereka disesuaikan dengan kondisi cahaya redup seperti saat fajar dan senja. Beberapa spesies kelelawar bahkan dapat melihat sinar ultraviolet dan membedakan pola visual.
Kelelawar menggunakan ekolokasi sebagai pelengkap, bukan pengganti, dari penglihatan mereka. Ekolokasi membantu mereka menemukan mangsa yang bergerak cepat atau bersembunyi di antara dedaunan. Namun, kelelawar juga menggunakan mata mereka untuk menavigasi di siang hari, mengawasi pemangsa, dan berinteraksi sosial dengan sesama kelelawar.
Jadi sudah tahu kan, dapat disimpulkan bahwa mitos bahwa kelelawar itu buta adalah salah dan tidak berdasarkan fakta ilmiah. Kelelawar adalah hewan yang memiliki indra penglihatan dan pendengaran yang baik dan saling melengkapi.