Impor dan Ekspor Indonesia Melambat di Awal 2023

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read

jfid – Indonesia mengalami perlambatan perdagangan internasional di awal tahun 2023. Nilai ekspor dan impor Indonesia menurun pada bulan Februari dan April 2023, dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia masih naik sedikit, sementara nilai impor Indonesia turun lebih dalam.

Februari: Ekspor dan Impor Turun

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada Februari 2023 mencapai US$21,40 miliar, turun 4,15 persen dibandingkan dengan Januari 2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas sebesar 3 persen, sementara ekspor migas naik 17,5 persen.

Ekspor nonmigas terbesar Indonesia adalah ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang, dengan kontribusi mencapai 42,99 persen dari total ekspor nonmigas. Komoditas nonmigas yang mengalami penurunan terbesar adalah bahan bakar mineral sebesar US$277 juta, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar US$141 juta.

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada Februari 2023 mencapai US$15,92 miliar, turun 13,68 persen dibandingkan dengan Januari 2023. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya impor migas sebesar 29,12 persen dan impor nonmigas sebesar 17,73 persen.

Impor migas menurun karena berkurangnya impor minyak mentah, hasil minyak, dan gas. Impor nonmigas menurun karena berkurangnya impor mesin/peralatan mekanis dan bagiannya, besi dan baja, serta kendaraan bermotor dan bagiannya. Negara asal impor nonmigas terbesar Indonesia adalah Tiongkok, Singapura, dan Jepang.

April: Ekspor dan Impor Turun Lebih Dalam

Pada bulan April 2023, nilai ekspor dan impor Indonesia kembali menurun lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Menurut data dari Databoks, nilai ekspor Indonesia pada April 2023 mencapai US$19,29 miliar, turun 17,62 persen dibandingkan dengan Maret 2023. Nilai impor Indonesia pada April 2023 mencapai US$15,35 miliar, turun 25,45 persen dibandingkan dengan Maret 2023.

Penurunan ekspor dan impor ini dipengaruhi oleh faktor musiman dan fluktuasi harga komoditas di pasar global. Selain itu, adanya pembatasan perjalanan dan aktivitas ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga berdampak pada permintaan barang dari luar negeri.

Kuartal I: Ekspor Naik Sedikit, Impor Turun Lebih Dalam

Meskipun mengalami penurunan pada bulan Februari dan April 2023, nilai ekspor Indonesia secara kumulatif sepanjang kuartal I 2023 masih naik sedikit dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu. Menurut data dari Databoks, nilai ekspor Indonesia sepanjang kuartal I 2023 mencapai US$67,2 miliar, naik 1,6 persen dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu.

Peningkatan nilai ekspor ini terutama disebabkan oleh naiknya ekspor migas sebesar 65 persen (yoy), sementara ekspor nonmigas hanya naik 13,97 persen (yoy). Komoditas ekspor yang mengalami peningkatan tertinggi adalah batubara (naik US$1 miliar), bijih besi dan konsentratnya (naik US$0,9 miliar), dan minyak mentah (naik US$0,8 miliar).

Di sisi lain, nilai impor Indonesia secara kumulatif sepanjang kuartal I 2023 mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu. Menurut data dari Databoks, nilai impor Indonesia sepanjang kuartal I 2023 mencapai US$54,95 miliar, turun 3,28 persen dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu.

Penurunan nilai impor ini disebabkan oleh menurunnya impor migas sebesar 14,51 persen (yoy) dan impor nonmigas sebesar 4,79 persen (yoy). Komoditas impor yang mengalami penurunan terbesar adalah hasil minyak (turun US$2,36 miliar), gas (turun US$0,68 miliar), dan mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (turun US$0,65 miliar).

Analisis dan Proyeksi

Perlambatan perdagangan internasional Indonesia di awal tahun 2023 menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19. Selain itu, ketidakpastian global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta krisis politik di beberapa negara juga berpengaruh pada dinamika perdagangan dunia.

Namun, ada beberapa faktor yang dapat mendukung peningkatan ekspor dan impor Indonesia di masa depan. Pertama, adanya program vaksinasi Covid-19 yang diharapkan dapat menekan laju penularan virus dan memulihkan kepercayaan konsumen.

Kedua, adanya stimulus fiskal dan moneter yang diberikan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketiga, adanya potensi peningkatan permintaan barang dari negara-negara mitra dagang Indonesia, terutama Tiongkok yang merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.

Oleh karena itu, pemerintah perlu terus melakukan upaya untuk meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan diversifikasi produk, memperbaiki infrastruktur dan logistik, serta memperluas akses pasar melalui perjanjian-perjanjian perdagangan bebas. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan ekspor dan impor, serta mengurangi defisit neraca perdagangan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article