jfid – Starbuck, salah satu jaringan gerai kopi terbesar di dunia, kini mengubah namanya menjadi Vista Coffee. Perubahan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi dampak negatif dari aksi boikot yang menimpa perusahaan tersebut sejak akhir tahun 2023.
Boikot terhadap Starbuck bermula dari tuduhan bahwa perusahaan tersebut mendukung Israel dalam konflik dengan Palestina. Tuduhan ini didasarkan pada pernyataan mantan CEO Starbuck, Howard Schultz, yang menyatakan simpatinya terhadap Israel pada tahun 2014. Meskipun Schultz telah mundur dari jabatannya pada tahun 2018, namun citra Starbuck sebagai perusahaan pro-Israel tetap melekat di mata sebagian konsumen.
Seruan boikot Starbuck pun ramai dibincangkan di media sosial, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, seperti Indonesia dan Malaysia.
Banyak yang menganggap bahwa membeli produk Starbuck berarti mendukung kekejaman Israel terhadap Palestina.
Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang mengharamkan dukungan terhadap Israel, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akibatnya, penjualan Starbuck di beberapa negara mengalami penurunan yang signifikan. Beberapa gerai Starbuck juga menjadi sasaran vandalisme dan protes dari para pengunjuk rasa. CEO Starbuck saat ini, Laxman Narasimhan, mengatakan bahwa perusahaan tersebut menjadi korban dari misinformasi yang tersebar di media sosial.
Ia menegaskan bahwa Starbuck tidak memiliki hubungan apapun dengan Israel dan tidak mendukung kekerasan di manapun.
Untuk mengembalikan kepercayaan konsumen, Starbuck pun memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Vista Coffee. Nama baru ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut fokus pada bisnis kopi dan tidak terlibat dalam urusan politik.
Selain itu, Starbuck’s Coffee juga berencana untuk meningkatkan kualitas produknya, memberikan diskon dan promosi menarik, serta melakukan kampanye sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak oleh konflik.
Apakah langkah-langkah yang diambil oleh Starbuck’s Coffee ini akan berhasil mengembalikan reputasi dan loyalitas konsumennya? Ataukah boikot terhadap perusahaan ini akan terus berlanjut? Hanya waktu yang dapat menjawabnya. Yang pasti, perubahan nama ini menunjukkan bahwa Starbuck’s Coffee tidak ingin kehilangan pasar yang potensial di negara-negara Muslim.