jfid – Perceraian, sebuah realitas yang jarang diinginkan oleh setiap pasangan yang menikah, seringkali menjadi pilihan terakhir untuk mengakhiri konflik yang tak kunjung reda.
Namun, dampaknya tidak hanya terasa oleh pasangan yang bercerai, melainkan juga oleh anak-anak mereka.
Anak-anak yang terjebak dalam kisruh perceraian seringkali menghadapi tantangan serius, mulai dari stres, trauma, hingga gangguan perilaku.
Tak jarang pula mereka merasakan gelombang emosi seperti depresi, rendah diri, dan kesulitan belajar. Meresapi keputusan orang tua untuk bercerai, anak-anak bisa terjerat dalam perasaan bersalah, marah, sedih, atau kecewa.
Mengatasi masalah-masalah ini bukanlah tugas yang ringan. Namun, sebagai orang tua atau wali anak, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu anak menghadapi perceraian:
1. Bantu anak ekspresikan emosinya
Penting bagi orang tua atau wali anak untuk memberikan ruang kepada anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati, tanpa menghakimi atau menyalahkan.
Dukungan, pengertian, dan kasih sayang dari orang tua atau wali anak sangat penting dalam fase ini.
2. Berikan anak informasi yang tepat sesuai kenyataan
Memberikan informasi yang jujur, jelas, dan sesuai dengan usia anak merupakan kunci.
Orang tua atau wali anak harus menjelaskan alasan perceraian, perubahan yang akan terjadi, dan hak-hak anak dalam situasi ini.
Penting untuk menegaskan bahwa perceraian bukanlah kesalahan atau tanggung jawab anak.
3. Jadwalkan waktu untuk bertemu dengan anak
Kehadiran dan keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak menjadi krusial, terutama setelah perceraian.
Membuat jadwal rutin dan konsisten untuk bertemu, berkomunikasi, dan beraktivitas bersama anak dapat membantu menciptakan stabilitas.
Menepati janji menjadi hal yang krusial agar anak tidak merasa ditinggalkan atau diabaikan.
4. Selalu perhatikan perubahan perilaku anak
Perubahan perilaku negatif sering muncul pada anak-anak yang mengalami perceraian orang tua. Agresif, menarik diri, rewel, atau melanggar aturan adalah sinyal peringatan.
Orang tua atau wali anak harus memperhatikan perubahan perilaku ini, mencari penyebabnya, dan memberikan bimbingan serta batasan tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman.
5. Cari bantuan profesional jika diperlukan
Gejala-gejala mengkhawatirkan seperti sulit tidur, makan, atau berkonsentrasi, serta pemikiran untuk bunuh diri, memerlukan tindakan cepat.
Orang tua atau wali anak perlu segera mencari bantuan profesional, seperti psikolog, konselor, atau terapis yang berpengalaman dalam menangani anak korban perceraian.
Terapi, konseling, atau pengobatan yang sesuai dapat membantu anak mengatasi kondisinya.