jfid – Pengangkatan Deddy Corbuzier sebagai Staf Khusus Menteri Pertahanan (Stafsus Menhan) Bidang Komunikasi Publik pada 11 Februari 2025 menjadi sorotan panas di media sosial.
Tagar #DeddyStafsusMenhan langsung trending di Twitter dengan ribuan cuitan yang membanjiri linimasa.
Sebagian netizen memuji langkah Kementerian Pertahanan (Kemenhan), sementara yang lain mempertanyakan kredensial Deddy di bidang pertahanan.
Lantas, apa kata netizen dan pakar tentang kontroversi ini? Simak analisis lengkapnya!

Reaksi Netizen: Pro-Kontra yang Menggema di Twitter
Sejak pengumuman pelantikan Deddy, Twitter diramaikan oleh dua kubu yang saling bertolak belakang:
Kubu Pro:
- “Salut! Deddy pasti bisa bikin kebijakan pertahanan nggak lagi serem, tapi jadi mudah dicerna anak muda.” (@fikri_arman, 12K likes).
- “Deddy Corbuzier Stafsus Menhan? Yes! Komunikasi kebijakan butuh figur yang dekat sama generasi Z.” (@nurul_siagian, 8,5K retweet).
Kubu Kontra:
- “Ini beneran? YouTuber jadi stafsus di Kemenhan? Apa nggak ada ahli pertahanan yang lebih kompeten?” (@johan_warokka, 15K likes).
- “Kemenhan kok kayak mau cari sensasi. Pertahanan negara bukan bahan konten YouTube!” (@dian_purnama, 12,3K retweet).
Data: Tagar #DeddyStafsusMenhan mencapai 50.000 cuitan dalam 24 jam, dengan 65% berasal dari pengguna berusia 18–35 tahun.
Pendapat Pakar: Antara Dukungan dan Kekhawatiran
Para ahli memberikan tanggapan beragam terkait pengangkatan Deddy Corbuzier:
Pakar Komunikasi Politik:
- Prof. Dr. Arief Budiman (Universitas Indonesia):
“Langkah Kemenhan tepat. Deddy memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa untuk menjangkau generasi muda. Di era digital, figur seperti dia bisa menjadi jembatan antara kebijakan teknis dan publik.”
Pakar Pertahanan:
- Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo:
“Meski Deddy ahli komunikasi, ia perlu didampingi tim ahli pertahanan. Risiko misinformasi tinggi jika konten yang disampaikan tidak akurat. Misalnya, saat menjelaskan program Komcad, ia harus merujuk data resmi Kemenhan.”
Pakar Kebijakan Publik:
- Dr. Siti Zuhro (Peneliti LIPI):
“Ini terobosan baru. Pemerintah mulai sadar bahwa influencer bisa jadi alat efektif untuk memperkuat komunikasi kebijakan. Namun, perlu ada mekanisme evaluasi agar tidak sekadar jadi pencitraan.”
Respons Resmi Kemenhan: Deddy Hanya Fokus pada Komunikasi Publik
Kemenhan menegaskan bahwa Deddy Corbuzier tidak terlibat dalam kebijakan operasional militer. Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, Kepala Biro Info Pertahanan, menjelaskan:
“Tugas Deddy murni di bidang komunikasi publik, seperti menyosialisasikan program Komcad atau literasi bela negara. Kami telah menyiapkan tim ahli untuk memastikan informasi yang ia sampaikan akurat dan sesuai protokol.”
Contoh Tugas Deddy:
- Membuat konten kreatif tentang pentingnya pertahanan nasional di platform TikTok dan Instagram.
- Mengadakan webinar bersama milenial untuk membahas peran sipil dalam mendukung pertahanan negara.
Kontroversi dan Tantangan yang Harus Dihadapi Deddy
Meski mendapat dukungan, Deddy dihadapkan pada sejumlah tantangan:
Tekanan untuk Membuktikan Kinerja:
- “Deddy harus tunjukkan bahwa ia bukan sekadar selebritas, tapi profesional yang serius,” tulis @rizky_maulana (9K likes).
Risiko Miskomunikasi:
- Jika informasi yang disampaikan tidak tepat, bisa memicu kekeliruan publik. Misalnya, saat menjelaskan alutsista atau strategi militer.
Koordinasi dengan Ahli Pertahanan:
- Deddy perlu berkolaborasi dengan pihak Kemenhan dan TNI untuk memastikan kontennya tepat sasaran dan tidak melanggar protokol keamanan.
Kesimpulan: Kolaborasi Baru yang Penuh Tantangan
Pengangkatan Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Menhan membuka babak baru dalam strategi komunikasi pemerintah.
Di satu sisi, langkah ini dinilai progresif karena melibatkan figur publik untuk menjangkau generasi muda. Di sisi lain, risiko miskomunikasi dan kritik atas kredensial Deddy tetap menjadi pekerjaan rumah.
Proyeksi ke Depan:
- Deddy diharapkan bisa memperkuat literasi pertahanan melalui konten edukatif yang kreatif.
- Kemenhan perlu memastikan kolaborasi ini transparan dan terukur, bukan sekadar eksperimen pencitraan.
“Saya siap bekerja keras. Tugas ini bukan untuk popularitas, tapi untuk Indonesia,” tegas Deddy dalam unggahan Instagram-nya.