jfid – Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dikenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan tekstil dan pakaian terbesar di Asia Tenggara.
Namun, di tengah persaingan yang semakin ketat dengan pasar online dan mall, pasar tradisional ini harus terus berinovasi untuk menarik minat pembeli.
Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan menghadirkan kawasan belanja baru bernama Little Bangkok.
Kawasan ini terletak di Jembatan Metro Lantai 1 (JMTA), yang menghubungkan Metro Tanah Abang dengan Pasar Tanah Abang Blok B.
Little Bangkok terinspirasi dari fenomena penjualan pakaian online melalui jasa titip (jastip) dan selebgram yang melakukan live shopping di Bangkok, Thailand.
Bangkok sendiri dikenal sebagai surga belanja bagi para pecinta fashion, khususnya produk impor berkualitas premium.
Di Little Bangkok, para pedagang menawarkan berbagai produk fashion, baik lokal maupun impor, dengan harga yang terjangkau dan model yang kekinian.
Selain itu, kawasan ini juga didesain dengan konsep yang lebih fresh dan modern, dengan pencahayaan yang cerah, koridor yang luas, dan dekorasi yang menarik.
Suasana Little Bangkok berbeda dengan kawasan Pasar Tanah Abang lainnya, yang cenderung ramai, sesak, dan panas.
Di sini, para pembeli bisa berbelanja dengan lebih nyaman dan santai, tanpa harus berdesak-desakan atau berhimpitan dengan pedagang lain.
Selain menjual produk secara offline, para pedagang di Little Bangkok juga memanfaatkan media sosial, seperti Instagram dan Tiktok, untuk mempromosikan produk mereka secara online.
Dengan begitu, mereka bisa menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk para jastiper dan selebgram.
Salah satu pedagang di Little Bangkok, Maria, mengaku senang dengan adanya kawasan belanja baru ini.
Ia bisa mendapatkan pelanggan baru yang membeli produknya secara eceran. Ia menjual produknya dengan harga mulai dari Rp 87 ribu untuk rok jeans dan Rp 97 ribu untuk celana jeans.
“Semua modelnya aku inspirasi dari Bangkok. Aku barangnya lokal tapi untuk fashion, model itu terinspirasi dari Bangkok,” katanya.
Maria mengatakan, ia bisa mendapat omzet dalam sehari Rp 5 juta sampai Rp 20-an juta.
Ia membuka tokonya setiap Senin sampai dengan Sabtu, dari pukul 6.30 sampai dengan 15.00. Ia juga menerima pembayaran tunai dan nontunai dengan kartu debit atau QRIS.
Sementara itu, pedagang lain bernama Willy, yang juga memiliki toko di pusat grosir Pasar Tanah Abang, mengatakan bahwa gerai di Little Bangkok berdampak positif terhadap pendapatannya.
Ia bisa meraup omzet Rp 5 juta sampai dengan Rp 10 juta per hari dari penjualannya.
Willy menjual pakaian wanita yang sebagian besar impor dari China dan Bangkok. Ia menjelaskan, ada perbedaan kualitas dan harga antara produk impor dan lokal.
Produk impor biasanya lebih bagus dan lebih mahal.
“Barang kita ini ada dari China, dari Bangkok, barang kita premium gitu, jadi kualitasnya bagus sih, bahannya, ini dari Bangkok, dari China beda lagi (harga), yang gini (dress wanita) dari China harganya uda Rp Rp200.000 lebih, kita bisa jual eceran, semi grosir juga bisa,” ujarnya.
Willy menambahkan, ia memilih berjualan di Little Bangkok karena mengikuti perkembangan zaman dan selera pasar.
Ia mengatakan, kawasan ini diberi nama Little Bangkok untuk mengadopsi cara jualan di sana, yang mampu memanfaatkan penjualan online melalui jastip dan selebgram.
“Karena kan kita melihat di Jakarta kan setiap orang kan pergi ke Bangkok, kalau mau belanja yang impor-impor gitu, kenapa nggak sih kita buka di Jakarta aja, jadi kita bikin bareng-bareng, daripada di Bangkok mending di sini aja gitu belanjanya,” katanya.
Little Bangkok di Pasar Tanah Abang menjadi destinasi belanja baru yang menawarkan pengalaman berbeda bagi para pembeli.
Dengan konsep yang lebih fresh dan modern, serta produk yang lebih variatif dan berkualitas, kawasan ini siap bersaing dengan pasar online dan mall.
