jfid – Lucinta Luna, seorang selebriti dan influencer yang dikenal sebagai transpuan.
baru-baru ini mengungkapkan penyesalannya atas keputusannya mengubah identitas gender dan penampilannya.
Ia mengaku memiliki banyak dosa dan takut akan hukuman Tuhan. Ia juga mengaku ingin dilahirkan kembali sebagai laki-laki.
Lucinta Luna lahir pada 16 Juni 1989 dengan nama asli Muhammad Fatah. Sejak kecil, ia merasa tidak nyaman dengan jati dirinya sebagai laki-laki dan ingin menjadi perempuan.
Ia pun melakukan berbagai operasi plastik di bagian payudara, bokong, kaki, wajah, hidung, hingga anggota tubuh lainnya.
Ia juga melakukan operasi ganti kelamin di Thailand pada 2016 dan mendapatkan pengakuan hukum sebagai perempuan pada 2019.
Namun, di balik kesuksesannya sebagai seorang transpuan, Lucinta Luna ternyata menyimpan banyak kesedihan dan ketakutan.
Ia mengaku sering merenungi hidupnya dan menangis setiap malam. Ia merasa telah menyalahi kodratnya dan berdosa kepada Tuhan.
Ia juga merindukan kedua orang tuanya yang telah meninggal dan tidak bisa mengadu kepada mereka.
Keinginan Lucinta Luna untuk bertobat dan kembali ke kodratnya sebagai laki-laki muncul setelah ia menonton film horor Siksa Neraka.
Ia merasa ketakutan dan teringat akan akhirat. Ia pun mulai membakar semua koleksi bikininya dan menyumbangkan semua wig atau rambut palsunya kepada para penderita kanker.
Ia juga mengaku ingin dimakamkan secara perempuan jika ia meninggal.
Namun, Lucinta Luna menghadapi banyak kendala untuk kembali ke kodratnya. Ia mengaku sudah terlambat dan tidak bisa mundur lagi.
Ia juga khawatir akan kehilangan pekerjaan dan penghasilannya sebagai seorang transpuan. Ia juga mengaku tidak bisa menerima dirinya sebagai laki-laki lagi.
Lucinta Luna merupakan salah satu dari banyak transpuan di Indonesia yang mengalami diskriminasi dan stigma sosial.
Mereka sering mendapat perlakuan tidak adil dan kekerasan dari masyarakat. Mereka juga sulit mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Mereka juga tidak diakui secara hukum dan agama sebagai perempuan .
Beberapa aktivis dan organisasi hak asasi manusia berusaha membela hak-hak transpuan di Indonesia. Mereka menuntut agar transpuan dihormati dan diterima sebagai bagian dari masyarakat.
Mereka juga mengedukasi masyarakat tentang isu-isu gender dan seksualitas. Mereka juga memberikan bantuan psikologis dan ekonomis kepada transpuan yang membutuhkan .
Kasus Lucinta Luna menunjukkan betapa kompleks dan rumitnya isu transpuan di Indonesia.
Di satu sisi, transpuan memiliki hak untuk menentukan identitas dan ekspresi gender mereka sesuai dengan keinginan dan keyakinan mereka.
Di sisi lain, transpuan juga harus menghadapi tantangan dan tekanan dari norma-norma sosial, budaya, dan agama yang berlaku di masyarakat.
Transpuan juga harus mempertimbangkan dampak dan konsekuensi dari keputusan mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.