Karl Marx

bramadapp
3 Min Read

jfid – Potongan kutipan Karl Marx di atas menjadi sebuah kutipan yang menjadi polemik hingga saat ini. Berbagai kritikan, diskusi dan ‘pengupasan’ banyak terjadi. Salah satunya adalah bagaimana sebagian menjadikan kutipan di atas menjadi legitimasi ke-atheis-an Karl Marx, beserta pengikut paham komunis dan marxisme yang lekat dengan pemikiran Karl Marx.

Beberapa hal yang bisa saya simpulkan dari kutipan di atas setelah membaca banyak literatur serta diskusi sana-sini:

Pertama, bahwa agama yang dimaksud Karl Marx sejatinya diarahkan pada satu agama, dan itu bukan islam.

Kedua, bahwa kritik Karl Marx kepada agama terlahir dari ‘madzhab’ yang dipegang Marx yaitu materialistik.

Ketiga, bahwa setiap pemikiran tidak datang begitu saja. Ia tidak datang dari ruang hampa. Dan acapkali sebuah pemikiran, dan juga berbagai ideologi, lahir dari keadaan sosial-kemsyarakatan saat itu. Tak terkecuali pemikiran Marx tentang agama. Ia mengkritik agama (bukan islam) sebagai ilusi buatan manusia yang menyajikan fantasi alam akhirat. Bagi Marx itulah agama sebagai opium. Sebagai pencipta ilusi dan fantasi untuk melegitimasi penindasan kaum marjinal. Atau kalau boleh saya sederhanakan, agama menjadi alat kaum atas untuk melanggengkan penindasan kepada kaum lemah dengan meracuni mereka bahwa kelak, mereka akan mendapat kenikmatan kehidupan akhirat sehingga tidak ada gairah perlawanan terhadap penindasan, tidak ada gairah untuk memperbaiki kehidupan dunianya.

Keempat, bahwa pemikiran Karl Marx tersebut sebenarnya bisa menjadi pisau otokritik untuk memahami agama dengan lebih bijaksana. Bagi saya yang beragam islam (meskipun kritik Marx bukan khusus untuk agama islam), pemikiran Marx tersebut menjadi pemantik saya untuk mencari jawaban dari sebuah pertanyaan: Bagaimana islam memandang kehidupan dunia?

Khusus pertanyaan di atas, saya mendapat sebuah jawaban yang memuaskan bahwa kehidupan dunia adalah sebaik-baiknya kendaraan menuju kehidupan akhirat. Oleh sebab itu, jadikan dunia ini sebagai ladang perjuangan, perlombaan, usaha keras, untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Sebab, bagaimanapun juga, kenikmatan akhirat tidak bisa dicapai tanpa melalui kehidupan dunia.

Bramada Pratama Putra

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article