Jejak Mossad di Indonesia, Jangan-Jangan..

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
11 Min Read
Jejak Mossad Di Indonesia, Jangan Jangan..
Jejak Mossad Di Indonesia, Jangan Jangan.. (ilustrasi)

jfid – Indonesia dan Israel adalah dua negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.

Indonesia, sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, selalu menyatakan dukungannya kepada Palestina dan menentang kebijakan Israel yang dianggap melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional.

Namun, di balik layar, ada kisah rahasia yang mengungkap hubungan terlarang antara negeri Zionis dan Nusantara, yang melibatkan agen-agen super rahasia Israel, Mossad.

Mossad adalah badan intelijen Israel yang bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen, operasi rahasia, dan kontra-terorisme.

Ad image

Mossad dikenal sebagai salah satu agen intelijen paling efektif dan ditakuti di dunia, dengan jaringan luas dan kemampuan infiltrasi yang tinggi.

Mossad juga sering terlibat dalam pembunuhan terhadap tokoh-tokoh yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan Israel, seperti ilmuwan nuklir Iran, pemimpin gerakan perlawanan Palestina, dan mantan agen Mossad sendiri yang membocorkan rahasia senjata nuklir Israel.

Awal Mula dan Tujuan

Menurut artikel Dr. Colin Rubenstein di situs jcpa.org, awal mula ketertarikan Indonesia kepada militer Israel adalah sewaktu Negara Zionis itu memenangkan Perang Enam Hari pada 1967.

Beberapa petinggi militer Indonesia terkesan dengan kesanggupan Israel mengalahkan Mesir, Suriah, dan Libanon pada peristiwa itu.

Saat Orde Baru mulai berkuasa, sikap Indonesia terhadap konflik Palestina-Israel mulai melunak dengan pendekatan moderat, tidak seperti masa Presiden Soekarno yang tegas menentang segala bentuk kontak dengan Israel.

Agar tidak terlalu terlihat dukungan Indonesia terhadap perjuangan bangsa Palestina mulai surut, pada 1972 Menteri Luar Negeri Adam Malik melawat ke beberapa negara Timur Tengah.

Misinya adalah meyakinkan para pemimpin Arab tentang sikap Indonesia tidak keberatan jika Lembaga Pembebasan Palestina (PLO) membuka kantor perwakilan di Ibu Kota Jakarta.

Pada 1979, secara rahasia Indonesia membeli 28 pesawat tempur Skyhawk dan sebelas helikopter dari Angkatan Udara Israel.

Tiga tahun kemudian pemerintah baru mengakui telah bertransaksi membeli alat utama sistem persenjataan itu dengan Israel lewat perusahaan perantara asal Amerika. (baca: Masih Mau Boikot Produk Zionis Israel? Inilah TOP SECRET, ‘Operasi Alpha’ Terkuak!)

Setahun kemudian pemerintah mencabut larangan pemberian visa buat berkunjung ke Israel. Wartawan dalam negeri dibolehkan berkunjung ke Negeri Zionis itu.

Fasilitas pengiriman pos dan sambungan telepon langsung Indonesia – Israel pun segera dibangun.

Beberapa negara Arab mengecam tindakan Indonesia menormalisasi hubungan dengan Israel. Tetapi Soeharto berkelit dan tetap menunjukkan simpatinya kepada Palestina.

Pada 1993, Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres dan Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas, bertemu secara informal di Konferensi Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di Wina, Austria. Peres menyatakan keinginan negaranya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Tetapi Ali Alatas mengatakan hal itu bisa terjadi jika pembicaraan perdamaian Israel-Palestina berjalan lancar. Untuk memuluskan rencana itu, Duta Besar Israel untuk Singapura, Daniel Megido, kala itu diduga mengadakan pertemuan rahasia dengan para pejabat di Kementrian Luar Negeri Indonesia.

Kabar itu pun bocor ke wartawan dan langsung saja Ali Alatas dicecar bermacam pertanyaan mengenai hal itu. Namun ia dan Menteri Pertahanan Edi Sudrajat menepis kabar itu.

Pada September 1993, Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin berkunjung ke Jakarta secara rahasia dan bertemu dengan Presiden Soeharto. Peristiwa itu terjadi tiga minggu setelah pemimpin PLO, Yaser Arafat, melawat ke Indonesia.

Kabar itu disampaikan kepada wartawan empat jam setelah pesawat Rabin meninggalkan Landasan Udara Halim Perdanakusuma dan mendarat di Bandara Changi, Singapura.

Di bulan dan tahun sama, Panglima ABRI (sekarang TNI) Jenderal Faisal Tanjung menyangkal kabar jika militer Indonesia mendapat hibah alat kelengkapan tempur dari Israel.

Masih di bulan yang sama, beberapa organisasi Islam menentang kunjungan empat wartawan senior Indonesia ke Tel Aviv, Israel, dan melarang pemutaran film the Schindler List.

Setahun kemudian 1994, rombongan pengusaha Kamar Dagang Israel melawat ke Indonesia. Di tempat terpisah, Dinas Bea Cukai Israel juga datang ke Jakarta.

Intinya adalah membicarakan persyaratan perdagangan kedua negara secara rahasia. Tercatat delegasi konglomerat Zionis itu bertamu kembali ke tanah air dua tahun berikutnya, dan Soeharto tahu hal itu.

Pada acara 50 Tahun Perserikatan Bangsa-Bangsa, Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin dan Presiden Soeharto kembali bertemu.

Keduanya sepakat untuk membina hubungan diplomatik lebih jauh yang dimulai dari sektor perdagangan. Sungguh pada dekade tahun 1990-an itu, memang terbukti bahwa era Orde Baru (New Order), sudah memulai “bermain mata” dengan Israel.

Kisah-kisah Misterius dan Menegangkan

Selain hubungan militer dan perdagangan, ada juga hubungan yang lebih gelap dan misterius antara Indonesia dan Israel, yaitu hubungan intelijen. Mossad, sebagai agen intelijen Israel, ternyata juga beroperasi di Indonesia, meski secara rahasia dan tanpa sepengetahuan publik.

Salah satu kisah yang mengungkap keberadaan Mossad di Indonesia adalah kisah seorang wartawan senior Indonesia yang pernah mewawancarai Mordechai Vanunu, mantan agen Mossad yang membocorkan rahasia senjata nuklir Israel dan dihukum penjara selama 18 tahun.

Sebut saja namanya F, dan sudah lupa bulan apa dan bahkan tahun berapa kejadiannya. ceritanya begini. Suatu hari lelaki berinisial Y menghubunginya. Entah dari mana Y mendapatkan nomor telepon seluler F. Lebih mengejutkan lagi, dia juga tahu nama F meski baru pertama kali mengontak.

“…ada orang dari Tel Aviv mau bertemu kamu. Ini terkait wawancara kamu dengan Mordechai Vanunu…”, kata Y, seperti diceritakan F awal pekan ini.

Walau yang ingin menemui F bukan Vanunu langsung, namun ia mengetahui bahwa orang yang ingin menemuinya adalah agen Mossad, maka sang istri mengingatkan agar F berhati-hati. F menyanggupi permintaan itu dan menyaratkan pertemuan berlangsung di tempat terbuka.

Akhirnya disetujui pertemuan dengan agen Mossad itu dilakukan di Fountaine Lounge yang berada di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat. Di sana F bertemu Y yang keturunan Yahudi itu datang bersama seorang lelaki bernama David Ben Luhu, orang yang ingin menemui F.

David Ben Luhu muncul dengan setelan celana panjang jins biru dan kaus ketat ditutup jas berwarna gelap. Tingginya hampir dua meter. Dia mengaku baru pulang tugas dari Afrika. Lalu Y meninggalkan David Ben Luhu dan F, mereka tinggal berdua.

Tanya jawab semacam interogasi pun terjadi. David menanyakan berbagai hal kepada F, mulai dari latar belakang pribadi, pekerjaan, hingga pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan wawancara F dengan Vanunu. F menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan terbuka, meski ada beberapa pertanyaan yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Setelah pertemuan itu, F merasa ada yang aneh. Ia merasa diikuti dan diawasi. Ada beberapa kejadian yang membuatnya curiga, seperti mobil yang selalu parkir di depan rumahnya, telepon yang sering putus saat berbicara, dan beberapa kali ia merasa ada yang menggeledah rumahnya saat ia pergi.

F kemudian memutuskan untuk menghubungi temannya yang bekerja di BIN, Badan Intelijen Negara. Temannya itu mengkonfirmasi bahwa ada kemungkinan F sedang diawasi oleh Mossad. F merasa takut, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa berharap bahwa Mossad tidak akan membahayakan keluarganya.

Bukti dan Kesaksian

Ada beberapa bukti dan kesaksian yang mengungkap keberadaan Mossad di Indonesia. Salah satunya adalah buku “Gideon’s Spies: The Secret History of the Mossad” karya Gordon Thomas. Dalam buku itu, Thomas mengungkap beberapa operasi rahasia Mossad di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Selain itu, ada juga kesaksian dari beberapa mantan agen Mossad yang memutuskan untuk membocorkan rahasia Mossad. Mereka mengungkapkan bahwa Mossad memiliki jaringan luas di berbagai negara, termasuk Indonesia, dan sering melakukan operasi rahasia yang melanggar hukum internasional.

Namun, pemerintah Indonesia selalu membantah adanya keberadaan Mossad di Indonesia. Mereka mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, dan tidak ada alasan bagi Mossad untuk beroperasi di Indonesia.

Namun, banyak orang yang tidak percaya dengan penjelasan pemerintah. Mereka percaya bahwa Mossad ada di Indonesia, dan mereka khawatir bahwa Mossad bisa membahayakan keamanan dan kedaulatan Indonesia.

Penutup

Kisah Mossad di Indonesia adalah kisah yang penuh misteri dan kontroversi. Meski banyak bukti dan kesaksian yang mengungkap keberadaan Mossad di Indonesia, namun hingga saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Apakah Mossad benar-benar ada di Indonesia? Apa tujuan mereka? Dan apa dampaknya bagi keamanan dan kedaulatan Indonesia? Hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Namun, satu hal yang pasti, kisah Mossad di Indonesia adalah kisah yang menunjukkan betapa rumit dan kompleksnya dunia intelijen dan politik internasional. Dan di balik semua itu, ada banyak rahasia dan misteri yang belum terungkap.

Demikianlah berita yang saya buat dengan gaya features secara mendalam dan panjang, jelas, jernih dan jenaka tentang Mossad di Indonesia. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda.

Terima kasih telah membaca. Sampai jumpa di berita selanjutnya. Selamat beraktivitas dan jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan. Sampai jumpa!

TAGGED:
Share This Article