Ad image

Dari Alfred Binet ke Tes Online: Evolusi Tes Usia Mental

ZAJ By ZAJ - Content Creator, SEO Expert, Data Analyst, Writer
4 Min Read
Dari Alfred Binet ke Tes Online: Evolusi Tes Usia Mental (Ilustrasi)
Dari Alfred Binet ke Tes Online: Evolusi Tes Usia Mental (Ilustrasi)
- Advertisement -

jfid – Alfred Binet, seorang psikolog Prancis, memainkan peran penting dalam pengembangan tes usia mental yang kemudian berevolusi menjadi tes IQ yang kita kenal sekarang.

Pada awal 1900-an, Binet bersama rekannya, Théodore Simon, merancang skala Binet-Simon atas permintaan pemerintah Prancis untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan pendidikan tambahan.

Tes ini tidak fokus pada pengetahuan yang dipelajari seperti matematika atau membaca, melainkan pada kemampuan mental seperti perhatian dan memori (Verywell Mind, 9 Juli 2024).

Tes ini mengukur “usia mental” seorang anak, yaitu tingkat kemampuan mental yang sesuai dengan usia tertentu.

Skor IQ kemudian dihitung dengan membagi usia mental dengan usia kronologis dan mengalikannya dengan 100. Misalnya, seorang anak berusia 10 tahun dengan usia mental 12 akan memiliki IQ 120 (IQTests.com, 2024).

Setelah Binet meninggal pada tahun 1911, Lewis Terman dari Universitas Stanford merevisi skala tersebut untuk konteks Amerika, memperkenalkannya sebagai Skala Kecerdasan Stanford-Binet.

Revisi ini memperkenalkan konsep IQ sebagai ukuran standar untuk mengevaluasi kemampuan intelektual relatif terhadap kelompok usia anak (Verywell Mind, 9 Juli 2024).

Tes ini terus mengalami pengembangan dan adaptasi, termasuk oleh psikolog seperti David Wechsler, yang memperkenalkan skala Wechsler untuk anak-anak dan dewasa, yang menilai berbagai domain kognitif seperti pemahaman verbal dan penalaran perseptual (IResearchNet, 2024).

Wechsler mengkritik keterbatasan tes sebelumnya dan memperkenalkan metode penilaian yang lebih komprehensif (Verywell Mind, 9 Juli 2024).

Seiring waktu, penggunaan tes IQ meluas ke berbagai bidang, termasuk pendidikan dan militer.

Selama Perang Dunia I, misalnya, tes Alpha dan Beta digunakan untuk mengukur kecerdasan para perekrut militer AS, yang kemudian juga diadaptasi untuk keperluan sipil (Encyclopedia.com, 2024).

Namun, tes IQ tidak lepas dari kontroversi, terutama mengenai validitas dan reliabilitasnya.

Beberapa kritik menyatakan bahwa tes ini mungkin bias terhadap kelompok etnis tertentu, dan perbedaan skor IQ antar ras sering kali diperdebatkan apakah disebabkan oleh faktor genetis atau lingkungan (Encyclopedia.com, 2024).

Meskipun konsep “usia mental” telah berkurang signifikansinya dalam praktik psikologi sekolah modern, pentingnya dalam membentuk bidang pengujian kecerdasan tidak bisa diabaikan.

Saat ini, psikolog sekolah menggunakan berbagai alat penilaian yang lebih luas untuk memahami kemampuan kognitif siswa secara komprehensif, yang mencakup faktor-faktor non-kognitif seperti keterampilan sosial-emosional dan motivasi (IResearchNet, 2024).

Perkembangan dari tes tradisional ke tes online mencerminkan kemajuan teknologi dan kebutuhan akan penilaian yang lebih efisien dan dapat diakses.

Tes online memungkinkan penilaian yang lebih cepat dan luas, meskipun tantangan seperti keamanan dan validitas tetap menjadi perhatian utama (Verywell Mind, 9 Juli 2024).

Dengan demikian, evolusi tes usia mental dari karya pionir Alfred Binet hingga tes IQ modern mencerminkan perkembangan pemahaman kita tentang kecerdasan dan cara terbaik untuk mengukurnya.

Tes-tes ini telah mengalami berbagai perubahan dan adaptasi, namun tetap menjadi alat penting dalam bidang psikologi dan pendidikan hingga saat ini.

- Advertisement -
Share This Article