Ambarawa dalam Kenangan: Mengenang Perjuangan TKR Melawan Tentara Inggris dan NICA

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
3 Min Read
Ambarawa dalam Kenangan: Mengenang Perjuangan TKR Melawan Tentara Inggris dan NICA
Ambarawa dalam Kenangan: Mengenang Perjuangan TKR Melawan Tentara Inggris dan NICA

jfid – Sebuah monumen berdiri kokoh di tengah kota Ambarawa, Jawa Tengah.

Di atasnya terpampang nama-nama pahlawan yang gugur dalam pertempuran melawan tentara Inggris dan NICA pada tahun 1945.

Monumen itu adalah saksi bisu dari peristiwa yang dikenal sebagai palagan Ambarawa.

Palagan Ambarawa adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ad image

Dalam pertempuran yang berlangsung selama hampir dua bulan, pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang didukung oleh rakyat Indonesia berhasil mengusir tentara Inggris dan NICA dari wilayah Ambarawa dan Magelang.

Palagan Ambarawa bermula dari kedatangan tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell di Semarang pada 20 Oktober 1945. Mereka datang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah.

Namun, ternyata mereka juga membawa orang-orang NICA (Netherland Indies Civil Administration) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.

Salah satu langkah yang dilakukan oleh NICA adalah mempersenjatai para tawanan perang Belanda yang berada di Ambarawa dan Magelang.

Hal ini menimbulkan kemarahan pihak Indonesia yang merasa kedaulatan dan kemerdekaannya terancam.

Insiden bersenjata pun pecah di Magelang pada 26 Oktober 1945, yang kemudian meluas ke Ambarawa.

Pertempuran di Ambarawa berlangsung sengit dan berdarah-darah. Pasukan TKR yang dipimpin oleh Mayor Sumarto harus berhadapan dengan tentara Inggris yang lebih lengkap persenjataannya.

Banyak korban jiwa yang berjatuhan dari kedua belah pihak, termasuk Letkol Isdiman, komandan TKR Ambarawa yang gugur dalam pertempuran.

Untuk mengatasi kebuntuan, pihak Indonesia meminta bantuan dari Kolonel Soedirman, komandan Divisi V Banyumas.

Soedirman yang saat itu sedang sakit paru-paru, tidak ragu-ragu untuk turun ke medan perang dan memimpin pasukan Indonesia.

Ia berhasil mengoordinasikan serangan-serangan dari berbagai sektor dan mengepung tentara Inggris dari segala penjuru.

Salah satu serangan yang paling menentukan adalah serangan dari arah barat yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto, yang saat itu masih berpangkat Kapten.

Soeharto berhasil menembus pertahanan tentara Inggris dan memotong jalur logistik mereka. Serangan ini membuat tentara Inggris kewalahan dan akhirnya menyerah pada 15 Desember 1945.

Palagan Ambarawa adalah bukti dari semangat juang dan patriotisme rakyat Indonesia yang tidak mau tunduk pada penjajah.

Palagan Ambarawa juga menunjukkan peran penting dari para pemimpin militer Indonesia yang berani dan cerdas dalam mengatur strategi dan taktik perang.

Palagan Ambarawa adalah salah satu tonggak sejarah yang patut dibanggakan dan dihormati oleh generasi penerus bangsa.

Share This Article