jfid – El Nino adalah fenomena alam yang terjadi akibat perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik. Fenomena ini berdampak pada iklim global, terutama di wilayah tropis dan subtropis. El Nino dapat menyebabkan kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, dan perubahan pola curah hujan di berbagai belahan dunia.
Namun, apakah El Nino hanya disebabkan oleh faktor alam? Ataukah ada campur tangan manusia yang memperparah dampaknya? Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan melihat beberapa ulah manusia yang berhubungan dengan El Nino.
Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata atmosfer dan lautan bumi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di udara. Gas rumah kaca adalah gas yang dapat menyerap dan memancarkan radiasi inframerah, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan ozon (O3).
Gas rumah kaca berasal dari berbagai sumber, baik alami maupun antropogenik (disebabkan oleh aktivitas manusia). Sumber alami gas rumah kaca antara lain adalah gunung berapi, pembusukan bahan organik, respirasi tumbuhan dan hewan, dan siklus karbon. Sumber antropogenik gas rumah kaca antara lain adalah pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, pertanian, peternakan, sampah, dan industri.
Pemanasan global dapat mempengaruhi El Nino dengan beberapa cara. Pertama, pemanasan global dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas El Nino. Hal ini karena pemanasan global dapat mengurangi perbedaan suhu antara timur dan barat Samudera Pasifik, sehingga memudahkan terjadinya pergeseran angin pasat dan arus laut. Studi yang dilakukan oleh Cai et al. (2014) menunjukkan bahwa pemanasan global dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya El Nino ekstrem hingga lima kali lipat pada abad ini.
Kedua, pemanasan global dapat memperluas wilayah dampak El Nino. Hal ini karena pemanasan global dapat mengubah pola sirkulasi atmosfer dan lautan, sehingga mempengaruhi distribusi curah hujan dan suhu di berbagai daerah. Studi yang dilakukan oleh Power et al. (2013) menunjukkan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan El Nino berdampak lebih luas ke wilayah subtropis selatan dan utara.
Ketiga, pemanasan global dapat memperparah dampak El Nino terhadap ekosistem dan masyarakat. Hal ini karena pemanasan global dapat meningkatkan risiko terjadinya kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, erosi tanah, penurunan hasil pertanian, penyebaran penyakit, konflik sosial, dan migrasi paksa akibat El Nino.
Deforestasi
Deforestasi adalah penghilangan tutupan hutan secara permanen atau semi permanen akibat penebangan kayu atau konversi lahan untuk keperluan pertanian, perkebunan, pemukiman, industri, atau infrastruktur. Deforestasi merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca dari sektor lahan. Menurut data Global Forest Watch, Indonesia merupakan negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia pada tahun 2020 dengan kehilangan 1,8 juta hektar hutan.
Deforestasi dapat mempengaruhi El Nino dengan beberapa cara. Pertama, deforestasi dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Hal ini karena hutan memiliki peran penting dalam menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer. Ketika hutan ditebang, karbon yang tersimpan dalam biomasa dan tanah akan dilepaskan ke udara. Selain itu, deforestasi juga mengurangi kemampuan hutan untuk menghasilkan uap air yang dapat membentuk awan dan hujan.
Kedua, deforestasi dapat mengubah siklus hidrologi lokal dan regional. Hal ini karena hutan memiliki peran penting dalam mengatur aliran air permukaan dan tanah, serta menguapkan air dari tanaman dan tanah. Ketika hutan ditebang, aliran air permukaan dan tanah akan berkurang, sehingga mengurangi ketersediaan air bagi ekosistem dan masyarakat. Selain itu, deforestasi juga mengurangi penguapan air dari tanaman dan tanah, sehingga mengurangi kelembaban udara dan curah hujan.
Ketiga, deforestasi dapat meningkatkan kerentanan ekosistem dan masyarakat terhadap dampak El Nino. Hal ini karena deforestasi dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi tanah, penurunan produktivitas lahan, serta konflik sumber daya. Ketika El Nino terjadi, ekosistem dan masyarakat yang telah kehilangan fungsi dan layanan hutan akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.
Pertanian dan Irigasi
Pertanian adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan lahan untuk menghasilkan pangan, serat, bahan bakar, atau produk lainnya. Irigasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan air untuk pertanian melalui saluran-saluran buatan. Pertanian dan irigasi merupakan sektor penting bagi perekonomian dan ketahanan pangan Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik , pertanian menyumbang 13,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2020.
Pertanian dan irigasi dapat mempengaruhi El Nino dengan beberapa cara. Pertama, pertanian dan irigasi dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Hal ini karena pertanian dan irigasi menggunakan bahan bakar fosil, pupuk kimia, pestisida, dan herbisida yang dapat melepaskan karbon dioksida, metana, dinitrogen oksida, dan ozon ke udara. Selain itu, pertanian dan irigasi juga dapat menyebabkan deforestasi akibat perluasan lahan pertanian.
Kedua, pertanian dan irigasi dapat mengubah siklus hidrologi lokal dan regional. Hal ini karena pertanian dan irigasi menggunakan air dari sumber-sumber permukaan atau tanah yang dapat mengurangi ketersediaan air bagi ekosistem dan masyarakat lainnya. Selain itu, pertanian dan irigasi juga dapat menyebabkan pencemaran air akibat limpasan pupuk kimia, pestisida, herbisida, erosi tanah, dan limbah pertanian.
Ketiga, pertanian dan irigasi dapat meningkatkan kerentanan ekosistem dan masyarakat terhadap dampak El Nino. Hal ini karena pertanian dan irigasi bergantung pada ketersediaan air yang dapat berkurang akibat El Nino. Ketika El Nino terjadi, pertanian dan irigasi dapat mengalami kekeringan, banjir, hama, penyakit, penurunan hasil panen, kerugian ekonomi, kelaparan, malnutrisi, serta konflik sumber daya.
Polusi Air
Polusi air adalah perubahan kualitas air akibat masuknya zat-zat atau energi-energi yang dapat merugikan bagi makhluk hidup atau lingkungan. Polusi air dapat berasal dari sumber titik atau sumber non titik. Sumber titik adalah sumber polusi air yang dapat diidentifikasi secara pasti lokasinya, seperti pabrik, pembangkit listrik, tambang, atau limbah domestik. Sumber non titik adalah sumber polusi air yang tidak dapat diidentifikasi secara pasti lokasinya, seperti limpasan permukaan dari lahan pertanian atau perkotaan.
Polusi air dapat mempengaruhi El Nino dengan beberapa cara. Pertama, polusi air dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Hal ini karena polusi air dapat mengandung zat-zat atau energi-energi yang dapat menyerap dan memancarkan radiasi inframerah, seperti nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), partikulat, dan panas. Selain itu, polusi air juga dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut dalam air, sehingga mengganggu siklus karbon di lautan.
Kedua, polusi air dapat mengubah kualitas air permukaan dan tanah. Hal ini karena polusi air dapat menyebabkan perubahan warna, bau, rasa, pH, suhu, salinitas, kekeruhan, dan nutrien dalam air. Perubahan kualitas air ini dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup yang bergantung pada air, seperti ikan, tumbuhan, hewan, dan manusia. Selain itu, polusi air juga dapat menyebabkan penyebaran mikroorganisme patogen, logam berat, bahan organik beracun, dan senyawa kimia sintetis dalam air.
Ketiga, polusi air dapat meningkatkan kerentanan ekosistem dan masyarakat terhadap dampak El Nino. Hal ini karena polusi air dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan produktivitas makhluk hidup yang bergantung pada air. Ketika El Nino terjadi, polusi air dapat memperburuk kondisi lingkungan akibat kekeringan, banjir, badai, erosi tanah, dan perubahan pola curah hujan. Polusi air juga dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit menular, keracunan, kematian, kerugian ekonomi, serta konflik sumber daya akibat El Nino.
Urbanisasi
Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Urbanisasi merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara. Urbanisasi juga merupakan salah satu tantangan bagi pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam. Menurut data Badan Pusat Statistik , tingkat urbanisasi Indonesia pada tahun 2020 mencapai 56,7 persen dengan jumlah penduduk perkotaan sebanyak 148 juta jiwa.
Urbanisasi dapat mempengaruhi El Nino dengan beberapa cara. Pertama, urbanisasi dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Hal ini karena urbanisasi dapat meningkatkan konsumsi energi, transportasi, industri, dan permukiman yang menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, urbanisasi juga dapat menyebabkan deforestasi akibat perluasan lahan perkotaan.
Kedua, urbanisasi dapat mengubah siklus hidrologi lokal dan regional. Hal ini karena urbanisasi dapat meningkatkan permukaan keras yang tidak dapat menyerap air hujan, seperti beton, aspal, atau logam. Permukaan keras ini dapat menyebabkan peningkatan aliran permukaan yang dapat mengakibatkan banjir dan erosi tanah. Selain itu, urbanisasi juga dapat meningkatkan permintaan air bersih yang dapat mengurangi ketersediaan air bagi ekosistem dan masyarakat lainnya.
Ketiga, urbanisasi dapat meningkatkan kerentanan ekosistem dan masyarakat terhadap dampak El Nino. Hal ini karena urbanisasi dapat menyebabkan hilangnya ruang hijau yang berfungsi sebagai penyerap karbon, penghasil oksigen, pengatur suhu udara, serta habitat makhluk hidup. Ketika El Nino terjadi, urbanisasi dapat mengalami peningkatan suhu udara (heat island effect), penurunan kualitas udara (smog), peningkatan risiko bencana alam (banjir, tanah longsor), serta peningkatan masalah sosial (kemiskinan, kriminalitas).