jfid – Pernikahan biasanya dikaitkan dengan cinta, romantisme, dan komitmen seumur hidup. Namun, tren baru di Jepang menunjukkan pergeseran yang menarik dalam konsep tradisional ini.
“Friendship Marriage” atau “Pernikahan Persahabatan” sedang menjadi sorotan. Tren ini menawarkan perspektif baru dalam institusi pernikahan, yang lebih berfokus pada kemitraan dan dukungan timbal balik daripada romansa.
Apa Itu Friendship Marriage?
Friendship Marriage adalah pernikahan yang didasarkan pada persahabatan, bukan cinta romantis.
Pasangan yang memilih jenis pernikahan ini biasanya adalah teman baik yang memutuskan untuk menikah demi berbagai alasan praktis dan emosional. Alasan-alasan ini bisa termasuk:
- Stabilitas Emosional dan Sosial: Memiliki pasangan hidup yang dapat dipercaya dan mendukung dalam suka dan duka.
- Tekanan Sosial dan Keluarga: Di Jepang, masih ada tekanan kuat dari masyarakat dan keluarga untuk menikah pada usia tertentu.
- Manfaat Hukum dan Keuangan: Pasangan menikah sering kali mendapatkan manfaat hukum dan keuangan yang tidak tersedia untuk individu lajang atau pasangan yang hanya berpacaran.
Mengapa Friendship Marriage Menjadi Populer?
- Perubahan Nilai Sosial: Generasi muda Jepang menunjukkan perubahan dalam pandangan terhadap pernikahan dan kehidupan keluarga. Banyak yang merasa bahwa cinta romantis bukanlah satu-satunya dasar yang valid untuk pernikahan.
- Kemandirian Finansial: Dengan semakin banyaknya wanita yang bekerja dan mandiri secara finansial, kebutuhan akan pernikahan tradisional untuk keamanan finansial menurun.
- Pengalaman Perceraian: Banyak orang yang telah melihat atau mengalami perceraian di keluarga mereka sendiri, dan melihat Friendship Marriage sebagai alternatif yang lebih stabil dan realistis.
- Kenyamanan dan Kebersamaan: Banyak yang merasa lebih nyaman dan bahagia hidup dengan teman dekat yang sudah mereka kenal lama dibandingkan dengan mencari pasangan romantis yang ideal.
Bagaimana Friendship Marriage Bekerja?
Pasangan yang terlibat dalam Friendship Marriage biasanya membuat perjanjian yang jelas tentang peran dan harapan masing-masing dalam pernikahan mereka. Beberapa aspek yang sering dibahas meliputi:
- Kehidupan Sehari-hari: Pembagian tugas rumah tangga dan pengelolaan keuangan.
- Anak: Keputusan tentang memiliki anak dan bagaimana mereka akan dibesarkan.
- Privasi dan Ruang Pribadi: Menghormati kebutuhan masing-masing untuk waktu dan ruang pribadi.
- Komunikasi: Membuat jalur komunikasi yang terbuka dan jujur untuk mengatasi konflik atau perubahan kebutuhan dan harapan.
Apa Kata Para Ahli?
Para sosiolog dan psikolog memandang Friendship Marriage sebagai perkembangan yang menarik dan menunjukkan adaptasi manusia terhadap perubahan kondisi sosial dan ekonomi.
Mereka mencatat bahwa meskipun pernikahan tradisional berbasis cinta masih menjadi norma, Friendship Marriage menawarkan alternatif yang layak bagi mereka yang mencari stabilitas dan kemitraan lebih dari pada romansa.
Kesimpulan
Friendship Marriage adalah refleksi dari perubahan nilai-nilai dan kebutuhan dalam masyarakat modern Jepang.
Dengan menempatkan persahabatan dan kemitraan di atas cinta romantis, tren ini menantang norma-norma tradisional dan menawarkan cara baru untuk memahami pernikahan.
Meskipun mungkin tidak cocok untuk semua orang, Friendship Marriage memberikan pilihan yang menarik dan masuk akal bagi mereka yang mencari bentuk komitmen yang lebih praktis dan stabil.
Dalam dunia yang terus berubah, konsep pernikahan juga mengalami evolusi. Friendship Marriage adalah salah satu contoh bagaimana masyarakat dapat menyesuaikan diri dan menemukan cara baru untuk menjalani kehidupan bersama.