jfid – New Balance, merek sepatu dan pakaian olahraga asal Amerika, telah menjadi subjek kontroversi dan boikot di beberapa negara, termasuk Malaysia.
Kontroversi ini muncul karena dugaan dukungan New Balance terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Konteks Boikot
Boikot terhadap merek yang diduga mendukung pelanggaran hak asasi manusia Palestina adalah bentuk aktivisme konsumen yang kuat.
Gerakan ini dipimpin oleh Boycott, Divestment and Sanctions (BDS), sebuah koalisi organisasi Palestina yang sejak 2005 telah memimpin kampanye boikot yang berdampak besar terhadap merek-merek yang terlibat.
Dampak Boikot
Boikot ini telah berdampak signifikan pada bisnis, termasuk jam operasional yang dipersingkat dan gaji karyawan yang berkurang.
Namun, ekonom dan asosiasi konsumen berpendapat bahwa gerakan boikot ini berpotensi menguntungkan produk lokal karena individu mencari alternatif untuk merek yang terkait dengan Israel.
Alternatif Etis
Meski boikot ini penting, konsumen juga diingatkan untuk mempertimbangkan etika produk yang mereka beli sebagai alternatif.
Meski kita beralih ke merek yang tidak terlibat dalam apartheid, mungkin saja merek tersebut terlibat dalam jenis kerugian lain terhadap manusia, planet, dan hewan lainnya.
Kesimpulan
Kontroversi dan boikot terhadap New Balance menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan tanggung jawab sosial perusahaan dalam era modern.
Konsumen semakin sadar dan peduli tentang bagaimana uang mereka digunakan dan dampak dari pembelian mereka.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.