jfid – Di suatu malam yang kelam, ketika angin bertiup menusuk dan bulan tersembunyi di balik awan hitam, sebuah kisah gelap akan terungkap di layar bioskop.
Ya, tepat pada Rabu, 3 April 2024, penonton di seluruh Indonesia akan disuguhi dengan “The First Omen”.
Sebuah film horor psikologis yang mengguncang jiwa dari 20th Century Studios.
Namun, ini bukan sekadar film horor biasa; ini adalah prekuel dari salah satu kisah paling ikonik dalam sejarah horor: The Omen.
Kita diajak kembali ke tahun 1971, ke dalam lapisan waktu yang berdebu dan misterius.
Di sinilah awal mula kisah kelam yang melingkupi kelahiran Damien.
Sang anak titisan iblis yang menjadi fokus utama dalam film legendaris The Omen yang dirilis pada tahun 1976.
Dengan sentuhan sutradara Arkasha Stevenson, kita akan merasakan getirnya kisah ikonik ini dalam format yang baru.
Arkasha Stevenson, sang sutradara, berbicara tentang tantangan yang dihadapinya dalam menghadirkan prekuel ini.
“The First Omen bukan hanya sekadar pelengkap dari versi tahun 1976.
Kami ingin menciptakan sebuah cerita yang dapat berdiri sendiri, sebuah karya yang memiliki daya tarik tak tertahankan bagi para penonton modern,” ujarnya dengan penuh semangat.
Namun, bagaimana asal mula anak titisan iblis ini bisa terwujud?
Bagaimana bayi itu bisa sampai ke pelukan Robert dan Katherine Thorn?
Inilah yang selalu menjadi misteri bagi para penggemar horor sejak pertama kali mereka disajikan dengan kisah The Omen.
Produser David S. Goyer berbicara tentang ambisi mereka untuk menghadirkan sesuatu yang lebih dari sekadar film horor biasa.
Mereka ingin menciptakan sebuah karya seni yang abadi, sebuah cermin gelap yang mencerminkan ketakutan dan kecemasan zaman kita.