jfid – Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah.
Puasa ini memiliki banyak keutamaan dan hikmah, serta memiliki kisah menarik di baliknya. Apa saja rahasia dan manfaat puasa Ayyamul Bidh?
Puasa Ayyamul Bidh berasal dari kata “ayyam” yang berarti hari dan “bidh” yang berarti putih. Puasa ini disebut puasa hari-hari putih karena bertepatan dengan terang bulan purnama. Puasa ini juga dikenal dengan nama puasa tiga hari setiap bulan, puasa pertengahan bulan, atau puasa Nabi Adam.
Menurut kitab Umdatul Qari Syarah Shahihul Bukhari, nama Ayyamul Bidh berdasarkan kisah Nabi Adam turun ke Bumi. Ketika Nabi Adam diturunkan ke Bumi, tubuhnya terbakar matahari dan tubuhnya menjadi gosong. Kemudian Allah memberi wahyu agar Nabi Adam berpuasa selama tiga hari.
Setelah berpuasa, kulit Nabi Adam menjadi putih bersih seperti bulan purnama. Maka dari itu, puasa ini disebut puasa Ayyamul Bidh. Puasa ini juga merupakan puasa pertama yang dilakukan oleh manusia di muka Bumi.
Selain Nabi Adam, puasa Ayyamul Bidh juga merupakan puasa sunnah yang rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari-hari tersebut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya, “Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan).
Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai no. 2347. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Puasa Ayyamul Bidh memiliki banyak manfaat, baik secara fisik maupun spiritual. Secara fisik, puasa dapat membantu membersihkan tubuh dari racun, menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan jantung, dan mencegah penyakit.
Secara spiritual, puasa dapat mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, meningkatkan ketaqwaan, dan melatih kesabaran.
Puasa Ayyamul Bidh juga memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu dapat menggantikan puasa Ramadhan yang tertinggal.
Hal ini berdasarkan fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, yang mengatakan bahwa puasa Ayyamul Bidh dapat dijadikan qadha puasa Ramadhan, karena puasa ini lebih utama daripada puasa lainnya.
Puasa Ayyamul Bidh juga dapat dijadikan sebagai puasa sunnah yang mengiringi puasa wajib, seperti puasa Daud. Puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling, yaitu sehari puasa dan sehari tidak. Puasa ini merupakan puasa yang paling dicintai oleh Allah.