Membaca Kecantikan Nia Kurnia Fauzi Istri Cagub Jatim

Deni Puja Pranata By Deni Puja Pranata
5 Min Read
- Advertisement -

“Kecantikan Nia Kurnia Fauzi, saya pastikan. Satu tingkat di atas Saniche Margareta, aktris FTV”

jfid – Beberapa hari setelah lebaran, entah tiba-tiba saya terdorong menjadi seorang feminis yang lebih tertarik membaca kecantikan Nia Kurnia Fauzi. Dibandingkan mengulas Achmad Fauzi yang kini jabat Bupati Sumenep memiliki survei tinggi dalam bursa Cagub dan Cawagub Jawa Timur. Sebagaimana ucapan direktur lembaga survei ARCI Baihaqi Siratj.

Jika duet Khofifah-Fauzi menempati urutan pertama dengan 41,3 persen. Kemudian ada pasangan Saifullah Yusuf-Azwar Anas dengan elektabilitas 15,7 persen dan Emil Elestianto Dardak-Eri Cahyadi dengan 19,5 persen.

“Simulasi ini bisa menggambarkan peran tokoh muda di kancah politik,” kata Direktur ARCI Baihaqi Siratj.

Ad image

Baiklah, agar tidak membosankan, kita beralih pada topik membaca kecantikan Nia Kurnia Fauzi. Sejenak saya terdiam, kala berhadapan langsung di hadapan Nia Kurnia Fauzi saat open house Achmad Fauzi (Bupati Sumenep) Sabtu 22 April 2023.

Tiba-tiba saya mengingat kisah Idris Jamma’, penyair Sudan yang mengalami Gangguan Jiwa karena kegagalan cinta.

Idris Muhammad Jamma’ lahir di kota Bahri, sebelah utara Khartoum (Ibu kota Sudan), adalah seorang penyair asal Sudan yang mendapat pujian dari generasi-generasi penyair Arab. Sebab syairnya yang bercorak romantis, nasionalis, dan melankonis yang menyayat hati dan perasaan.

Karena sakit jiwanya yang tak kunjung usai, dikisahkan kerabat Idris Jamma’ memutuskan untuk membawanya ke Inggris untuk mencari tempat yang dapat membuatnya tenang, berdamai dengan keadaan dan penyakitnya. Ketika sampai bandara, mata Idris Jamma’ seperti menatap cahaya. Ternyata ia lagi memandangi seorang wanita cantik jelita yang sedang bersama suaminya, matanya tak mampu ia katupkan.

Dengan tatapan yang dalam, ia melayangkan pandangan ke arah wanita tersebut. Melihat hal itu, suami wanita tersebut pun terlihat risih dan berusaha menghalangi tatapan Idris Jamma’ terhadap istrinya. Melihat tingkah suami wanita tersebut, Idris meracau indah, bak mutiara yang keluar dari kerangnya, keluar kalimat-kalimat seorang pujangga yang belum selesai dari kisah cintanya:

Apakah ada cemburu karena kecantikannya? Apakah aku salah untuk sekedar memandangnya?

Pandangan yang membuatku lupa wibawa. Namun, cukup membuat bahagia jiwa yang merana

Duhai kamu, engkaulah duniaku dan bahagiaku. Obat penawar kalbu tatkala berharap semu

Engkau cakrawala yang menerangiku, namun engkau menjauh dari jangkauanku

Pada kedua bola matamu, ku mampu melihat cakrawala, rahasia, dan makna

Untaian kata penuh makna dari Penyair Sudan ini sontak menyebar ke penjuru Negara-negara Arab. Hingga sampai ke telinga pujangga Mesir, Abbas Mahmud al ‘Aqqad yang bertanya-tanya, “Siapakah yang membuat syair seperti ini?”

Mereka menjawab, “Penyair Sudan yang melantunkan kata-kata tersebut, sedangkan ia tengah menjalani perawatan rumah sakit jiwa,” jawab mereka.

Mendengar jawaban tersebut, Abbas Al-Aqqad berkomentar, “Hal ini memang wajar. Kalimat indah ini tidak mungkin keluar dari orang waras,” komentarnya.

Begitulah kisah Idris Jamma’ penyair Sudan. Tapi, ini berbeda, saya membaca kecantikan Nia Kurnia Fauzi dari perspektif lain. Tidak dengan tebing matanya yang dalam, atau sifat keibuannya terlihat dari Baliho besar saat menggendong bayi terpajang di simpang pertigaan Jl. Trunojoyo, Kolor, Sumenep.

Saya melihat dengan mata batin yang halus, Nia Kurnia Fauzi memiliki power of love (kekuatan cinta). Iya, sebongkah kekuatan yang dicurahkan pada seorang lelaki yang bernama Achmad Fauzi (Bupati Sumenep yang kini masuk bursa Cagub Jatim). Keyakinan saya, tanpa seorang Nia Kurnia, tentu seorang Fauzi takkan bisa berbuat banyak. Dalam sebuah history romantik, seorang tokoh-tokoh besar dipengaruhi kekuatan perempuan yang tidak lain adalah istrinya.

Lihat Priscilla Chan yang mempanguhi hidup Mark Zuckerberg atau Victoria Bekham yang tanpanya seorang bintang David Bekham tak mampu mencetak gol di depan gawang karena mengingat Victoria yang cemberut. Atau tanpa
Fatmawati mungkin Indonesia tak berwarna merah putih karena bekas bendera jahitannya.

Dibalik kelembutan dan kecantikan Nia Kurnia Fauzi, menyimpan kekuatan besar yang mungkin membuat bu Mega dan mbak Puan cemburu.

- Advertisement -
Share This Article