Malam Pentas Seni dan Rokat Desa Duko Berlangsung Meriah, Begini Respon Tokoh Perempuan

Fahrur Rozi By Fahrur Rozi
2 Min Read
Malam Pentas Seni dan Rokat Desa Duko Berlangsung Meriah, Begini Respon Tokoh Perempuan (Ilustrasi)
Malam Pentas Seni dan Rokat Desa Duko Berlangsung Meriah, Begini Respon Tokoh Perempuan (Ilustrasi)

jfid – Masyarakat Desa Duko gelar Malam Pentas Seni dan Tahtiman Rokat Bumi bertempat di Desa setempat Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Pada Sabtu (0410/24).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala dan perangkat Desa, para kiai dan ulama’ serta Masyarakat Desa Duko

Sekadar informasi, ada beberapa penampilan pada acara tersebut diantaranya Seni budaya sandur Ilang, tari Saman, macopat, pancak silat, dan banjari.

Menurut ketua Panitia Basyir menuturkan, selamat datang kepada para seniman dan selamat menampilkan penampilan terbaiknya. Menurutnya penampilan seni budaya merupakan bagian dari melestarikan kesenian yang ada di Desa Duko.

Ad image

“Seni budaya merupakan bagian dari masuknya Islam ke Indonesia dan seni budaya tergantung pada siapa yang membawanya,” sampainya.

Kata dia, gapura biasa dikenal dengan istilah Ghafuro yang artinya segala dosanya di maafkan bagi orang-orang yang sudah membaca syahadat.

“Dulu itu seni budaya dibuat wasilah oleh Sunan Bonang, orang yang suka dengan seni budaya untuk tiketnya disuruh membaca syahadat,” ungkapnya.

Selain itu salah satu tokoh perempuan Desa Duko Khoiriyah mengungkapkan, kalau kegiatan Pentas Seni sangatlah penting untuk di adakan pada era yang serba digital seperti saat ini. Sebab generasi GEN Z akan tidak tahu tentang kesenian tanpa adanya semacam pertunjukan seperti malam ini.

Saya apresiasi kegiatan malam pentas seni ini karena kita semua sebagai generasi milenial dan para generasi GEN Z bisa tahu tentang kesenian, sehingga eksistensi kesenian dan sejarah tidak akan pernah tenggelam,” pungkasnya

Dirinya juga berharap bahwa kegiatan kesenian tetap menjadi adat dan budaya yang terus di lestarikan di Desa Duko. Sebab tanpa ada pagelaran seperti ini maka generasi penerus tidak bisa melanjutkan kegiatan tersebut.

“Saya berharap kegiatan kesenian dan kebudayaan seperti ini tidak stagnan sampai disini saja, namun akan menjadi kegiatan kemasyarakatan yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Share This Article