Konflik Ukraina yang Tak Kunjung Usai: Ini Dia Asal-Usulnya dari Zaman Kievan Rus hingga Napoleon

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
7 Min Read
Konflik Ukraina yang Tak Kunjung Usai: Ini Dia Asal-Usulnya dari Zaman Kievan Rus hingga Napoleon
- Advertisement -

jfid – Ukraina, sebuah negara yang terletak di antara Eropa Timur dan Rusia, sering disebut sebagai “lumbungan pangan Eropa” karena kesuburannya.

Namun, di balik kekayaan alamnya, Ukraina juga memiliki sejarah yang panjang dan rumit, yang penuh dengan konflik, penjajahan, dan pergolakan.

Sejak abad pertengahan, Ukraina telah menjadi rebutan berbagai bangsa dan kekaisaran, mulai dari Viking, Mongol, Lituania, Polandia, Rusia, Ottoman, Swedia, Prancis, Austria, Jerman, Rumania, hingga Cekoslowakia.

Beberapa di antaranya tinggal lebih lama daripada yang lain, dan meninggalkan jejak budaya, bahasa, agama, dan politik yang berbeda-beda.

Ukraina sendiri tidak pernah benar-benar merdeka hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, meskipun ada beberapa periode semi-otonomi di bawah pemerintahan Cossack, sebuah kelompok prajurit dan petualang yang berasal dari wilayah itu.

Ukraina juga pernah terpecah belah dan bersatu kembali beberapa kali, karena adanya perbedaan antara wilayah timur dan baratnya, yang lebih dekat dengan Rusia atau Eropa.

Nama “Ukraina” sendiri berarti “di pinggir” atau “di perbatasan” (dari suatu negara atau kekaisaran), dan lagu kebangsaannya menyatakan, “Ukraina belum binasa”.

Ungkapan ini menggambarkan semangat perjuangan dan ketahanan rakyat Ukraina, yang terus berharap untuk hidup damai dan sejahtera di tanah airnya.

Namun, harapan itu tampaknya masih jauh dari kenyataan. Ukraina saat ini menghadapi ancaman baru dari tetangganya, Rusia, yang ingin mengembalikan pengaruhnya di wilayah bekas Uni Soviet.

Sejak tahun 2014, Rusia telah mencaplok Krimea, sebuah semenanjung strategis di Laut Hitam, dan mendukung pemberontak separatis di wilayah Donbass, timur Ukraina. Konflik ini telah menewaskan lebih dari 13.000 orang dan memicu krisis kemanusiaan.

Bagaimana Ukraina bisa sampai pada titik ini? Untuk menjawabnya, kita perlu melihat kembali sejarah panjang konflik Ukraina, dari zaman Kievan Rus hingga Napoleon.

Berikut adalah rangkumannya:

Kievan Rus (abad ke-9 hingga ke-13): Kerajaan ini didirikan oleh bangsa Viking yang datang dari Skandinavia, dan berkembang hingga mencakup wilayah yang sekarang menjadi Ukraina, Belarus, dan sebagian Rusia. Kerajaan ini merupakan peradaban besar pertama di Eropa Timur, dan memiliki hubungan dagang dan budaya dengan Bizantium, Romawi, dan dunia Islam. Kiev, ibu kota Ukraina saat ini, adalah pusat politik dan keagamaan kerajaan ini. Bangsa Ukraina, Belarus, dan Rusia modern semuanya mengklaim sebagai pewaris Kievan Rus.

Invasi Mongol (abad ke-13 hingga ke-15): Pasukan Mongol yang dipimpin oleh Batu Khan, cucu Jenghis Khan, menyerbu Eropa dan menghancurkan Kievan Rus.

Sebagian besar wilayah Ukraina dan Rusia kemudian berada di bawah kekuasaan Golden Horde, sebuah bagian dari Kekaisaran Mongol yang luas. Pengaruh Mongol berdampak pada budaya, bahasa, agama, dan politik di wilayah tersebut.

Beberapa pangeran Rusia, seperti Ivan III dari Moskow, berhasil membebaskan diri dari Mongol dan membangun kerajaan sendiri, yang kemudian menjadi cikal bakal Kekaisaran Rusia.

Lituania dan Polandia (abad ke-14 hingga ke-18): Sebagai reaksi terhadap ancaman Mongol dan Rusia, beberapa pangeran Ukraina bersekutu dengan Lituania, sebuah negara yang saat itu merupakan salah satu kekuatan terbesar di Eropa.

Lituania kemudian bergabung dengan Polandia, dan membentuk Persemakmuran Polandia-Lithuania, yang menguasai sebagian besar wilayah Ukraina.

Di bawah pemerintahan ini, Ukraina mengalami perkembangan budaya, ekonomi, dan pendidikan, terutama di kalangan bangsawan dan klerus.

Namun, banyak rakyat jelata yang menderita karena sistem feodal dan diskriminasi agama, terutama terhadap umat Ortodoks, yang mayoritas di Ukraina.

Pemberontakan Cossack (abad ke-16 hingga ke-18): Cossack adalah sekelompok prajurit dan petualang yang berasal dari wilayah Ukraina, yang hidup di daerah perbatasan dan bebas dari kekuasaan feodal.

Mereka memiliki tradisi militer, demokrasi, dan toleransi yang kuat, dan sering berperang melawan bangsa Turki, Tatar, dan Rusia.

Pada abad ke-17, mereka memberontak melawan Polandia-Lithuania, yang menindas hak-hak mereka. Mereka mendirikan negara semi-otonom yang disebut Hetmanate, yang menjadi inspirasi bagi nasionalisme Ukraina di masa depan.

Namun, mereka juga terlibat dalam pembantaian massal terhadap orang Yahudi, yang mengakibatkan hilangnya ribuan nyawa.

Terbelah (abad ke-17 hingga ke-18): Tanpa berkonsultasi dengan Cossack, Rusia dan Polandia-Lithuania menandatangani perjanjian yang membagi Ukraina di antara mereka, dengan Sungai Dnieper sebagai batasnya.

Rusia mendapatkan wilayah timur, yang lebih banyak berpenduduk Ortodoks, sedangkan Polandia mendapatkan wilayah barat, yang lebih banyak berpenduduk Katolik. Pembagian ini memperdalam perbedaan antara kedua bagian Ukraina, yang berlanjut hingga saat ini.

Kekaisaran Rusia (abad ke-18 hingga ke-20): Pada abad ke-18, Rusia menjadi kekuatan utama di Eropa, setelah mengalahkan Swedia, Turki, dan Polandia dalam berbagai perang.

Rusia mencaplok sebagian besar wilayah Ukraina, termasuk Krimea, yang memiliki akses strategis ke Laut Hitam.

Rusia juga menekan budaya dan bahasa Ukraina, dan berusaha untuk “Rusifikasi” wilayah tersebut. Banyak orang Ukraina yang berpartisipasi dalam gerakan nasionalis dan revolusioner, yang menentang pemerintahan tsar dan kemudian komunis.

Invasi Napoleon (abad ke-19): Pada tahun 1812, Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte menyerang Rusia dengan pasukan besar, yang melintasi wilayah Ukraina.

Napoleon mendapat dukungan dari beberapa pemimpin Cossack, yang berharap untuk mendapatkan kemerdekaan dari Rusia.

Namun, invasi Napoleon gagal, karena cuaca yang ekstrem, perencanaan yang buruk, dan perlawanan Rusia yang gigih.

Kegagalan Napoleon memperkuat posisi Rusia sebagai kekuatan besar di Eropa, dan mengakhiri harapan Cossack untuk merdeka.

- Advertisement -
Share This Article