jfid – Kebaya, pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei, memiliki sejarah yang panjang dan kaya.
Kebaya bukan sekadar pakaian, tetapi juga simbol budaya, identitas, dan kebanggaan.
Kebaya berasal dari kata Arab qaba, yang berarti pakaian longgar. Istilah ini kemudian diperkenalkan ke Nusantara melalui bahasa Portugis, cabaya, pada abad ke-16.
Kebaya awalnya adalah pakaian bagian atas yang terbuka di depan, dibuat dari kain ringan seperti brokat, katun, kasa, renda, atau voile, dan dihiasi dengan sulaman.
Bagian depan diamankan dengan kancing, pin, atau bros. Pakaian bagian bawahnya adalah sarung, kemben, atau kain panjang yang dililitkan di pinggang, yang bisa berupa batik, ikat, songket, atau tenun.
Kebaya pada mulanya dikenakan oleh wanita dari berbagai latar belakang sosial, etnis, dan agama di Nusantara.
Namun, seiring dengan perkembangan sejarah, politik, dan budaya, kebaya mengalami transformasi dan variasi.
Kebaya menjadi pakaian khas masyarakat menengah di Jawa pada abad ke-20, dan juga dikenakan oleh wanita keturunan Cina dan Belanda.
Kebaya juga menjadi pakaian resmi dan adat untuk acara-acara penting seperti kelahiran, khitanan, pernikahan, dan kematian.
Kebaya juga menjadi pakaian nasional dan ikon mode Indonesia, yang diakui secara resmi oleh pemerintah pada tahun 1974.
Kebaya juga menjadi seragam pramugari beberapa maskapai penerbangan berbendera Asia Tenggara, seperti Singapore Airlines, Malaysia Airlines, Royal Brunei Airlines, dan Garuda Indonesia.
Kebaya juga menjadi inspirasi bagi para perancang busana, yang memodifikasi kebaya menjadi lebih modern, trendy, dan beragam.
Kebaya tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga menyimpan nilai-nilai budaya yang mendalam.
Kebaya merupakan warisan budaya tak benda yang merefleksikan sejarah, identitas, dan keanekaragaman masyarakat Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Kebaya juga merupakan ekspresi kreativitas, keindahan, dan keanggunan wanita Asia Tenggara.
Untuk itu, kebaya layak mendapatkan pengakuan dan perlindungan sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO.
Saat ini, ada gerakan “Kebaya Goes to UNESCO” yang didorong oleh berbagai pihak, seperti komunitas kebaya, organisasi perempuan, akademisi, seniman, dan anggota DPR.
Gerakan ini bertujuan untuk mengajukan kebaya sebagai warisan budaya tak benda asal Indonesia ke UNESCO, melalui proses yang panjang dan ketat.
Dengan menjadi warisan budaya dunia, kebaya akan mendapatkan apresiasi dan penghargaan yang lebih tinggi, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Kebaya juga akan menjadi salah satu daya tarik wisata budaya Indonesia, yang bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Kebaya juga akan menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi muda, yang bisa mengenal dan melestarikan budaya nenek moyang mereka.
Kebaya adalah pakaian yang memiliki sejarah dan identitas.
Kebaya adalah warisan budaya tak benda yang harus dijaga dan dilestarikan. Kebaya adalah kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia.