jfid- Di tengah gempuran jajanan kekinian yang serba menggiurkan, masihkah ada tempat untuk jajanan tradisional di hati masyarakat? Jawabannya adalah “tentu saja!”.
Salah satu contohnya adalah cilok, jajanan kaki lima sederhana yang terbuat dari tepung tapioka ini, nyatanya masih menjadi primadona bagi banyak orang.
Cilok, kependekan dari “aci dicolok”, merupakan jajanan khas Sunda yang sudah populer sejak lama.
Berasal dari kata “aci” yang berarti tepung tapioka dalam bahasa Sunda, cilok diolah dengan cara direbus atau dikukus, kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu, seperti saus kacang, kecap, dan sambal.
Rasanya yang gurih, kenyal, dan pedas, membuat cilok menjadi camilan yang digemari oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Sejarah Cilok: Dari Makanan Sederhana Menjadi Primadona
Asal-usul cilok tidak diketahui secara pasti. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa cilok sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Pada masa itu, cilok merupakan makanan rakyat yang murah dan mudah dibuat. Bahan-bahannya yang sederhana dan mudah didapat, membuat cilok menjadi pilihan camilan yang tepat bagi masyarakat yang hidup dalam kesederhanaan.
Pada awalnya, cilok hanya dijual di pasar-pasar tradisional dan pedagang kaki lima. Seiring waktu, popularitas cilok semakin meningkat, terutama karena harganya yang terjangkau dan rasanya yang khas.
Kini, cilok dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, dengan variasi rasa dan penyajian yang berbeda-beda sesuai dengan kearifan lokal.
Keunikan Cilok: Lebih dari Sekedar Jajanan
Cilok bukan hanya sekedar jajanan biasa. Di balik kesederhanaannya, cilok memiliki beberapa keunikan yang membuatnya berbeda dari jajanan lainnya:
Bahan-bahan Alami
Cilok terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah didapat, seperti tepung tapioka, garam, dan air.
Hal ini membuat cilok aman dan sehat untuk dikonsumsi. Kadang-kadang, cilok juga diberi tambahan daging ayam atau sapi cincang untuk menambah cita rasa.