jfid – Habib Hani Yahya Assegaf, seorang individu yang dikenal sebagai pendiri LSM pro-Israel, Indonesian-Israel Public Affair Committee (IIPAC), baru-baru ini tertangkap oleh Satuan Reserse Polres Jakarta Barat.
Dia ditangkap saat menjalankan bisnis perjudian “Bola Tangkas” yang berkedok sebagai yayasan amal, Yayasan Azizah Foundation, di Komplek Taman Duta Mas Blok D8 No.3, Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Assegaf mengklaim bahwa hasil perjudian akan disumbangkan ke yayasan untuk membantu anak-anak.
Namun, klaim ini menimbulkan pertanyaan besar tentang etika dan moralitas di balik tindakannya. Apakah benar-benar mungkin untuk mencuci uang kotor melalui tindakan amal?
Barang bukti yang diamankan oleh polisi mencakup 20 mesin judi, ribuan chip dengan nilai antara Rp100 ribu hingga Rp1 juta, handphone, senjata api rakitan, peluru, dan ganja. Hani ditahan bersama 14 karyawan lainnya.
Hubungan dengan Zionisme
Hani Yahya Assegaf bukan hanya seorang pengusaha perjudian. Dia juga dikenal sebagai pendiri LSM pro-Israel, Indonesian-Israel Public Affair Committee (IIPAC). LSM ini dikenal sebagai lobi Israel untuk Indonesia.
Assegaf juga pernah menjadi panitia HUT Israel di Jakarta dan Bogor, sebuah peristiwa yang menghebohkan publik Indonesia.
Keterlibatannya dalam acara tersebut menunjukkan hubungannya yang kuat dengan Israel, sebuah negara yang kontroversial di mata banyak orang Indonesia.
Habib dengan Penampilan Nyentrik
Hani bin Yahya Assegaf juga dikenal sebagai habib, sebuah gelar yang diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad SAW. Namun, penampilannya yang nyentrik dalam ceramah telah menarik perhatian banyak orang.
Dalam ceramahnya, dia menyebut Rasulullah SAW membolehkan merampok daripada mengemis.
Dia mengisahkan sahabat Nabi bernama Abu Jundub yang merupakan perampok. Pernyataan ini telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan di kalangan umat Islam.
Analisis
Kisah Hani Yahya Assegaf adalah contoh nyata dari bagaimana seseorang dapat menggunakan agama dan amal sebagai kedok untuk aktivitas ilegal dan kontroversial.
Meskipun dia mengklaim bahwa hasil perjudian akan digunakan untuk amal, fakta bahwa dia menggunakan yayasan amal sebagai penutup untuk operasi perjudiannya menunjukkan penyalahgunaan kepercayaan publik.
Selain itu, keterlibatannya dalam LSM pro-Israel dan perayaan HUT Israel menunjukkan bagaimana individu dapat menggunakan posisi mereka untuk mempromosikan agenda politik tertentu, bahkan jika itu bertentangan dengan pandangan umum di masyarakat mereka.
Penampilan dan ceramahnya yang nyentrik juga menunjukkan bagaimana seseorang dapat memutarbalikkan ajaran agama untuk membenarkan tindakan mereka.
Meskipun Islam secara jelas melarang perjudian dan merampok, Assegaf tampaknya mencoba untuk membenarkan tindakannya dengan merujuk pada cerita sahabat Nabi.
Secara keseluruhan, kisah Hani Yahya Assegaf adalah contoh dari bagaimana individu dapat memanipulasi agama, amal, dan politik untuk kepentingan pribadi mereka.
Ini adalah pelajaran penting tentang pentingnya kritis dan waspada terhadap klaim dan tindakan individu, terutama ketika mereka melibatkan isu-isu sensitif seperti agama dan politik.