jfid – Denmark adalah salah satu produsen daging babi terbesar di dunia. Dengan sekitar 5.000 peternakan babi yang menghasilkan sekitar 28 juta ekor babi setiap tahun, Denmark mengekspor sekitar 90 persen dari produksi daging babinya ke lebih dari 140 negara.
Daging babi adalah bagian penting dari ekonomi dan budaya Denmark, serta sumber protein yang murah dan mudah didapat.
Namun, belakangan ini, semakin banyak orang Denmark yang mencoba berhenti mengonsumsi daging, termasuk daging babi. Alasan utamanya adalah karena kekhawatiran terhadap dampak buruk konsumsi daging terhadap kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan hewan.
Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh organisasi nirlaba World Animal Protection pada tahun 2020, sekitar 28 persen responden di Denmark mengaku telah mengurangi konsumsi daging mereka dalam setahun terakhir, dan 23 persen berencana untuk melakukannya dalam setahun mendatang.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 73 persen responden di Denmark setuju bahwa pemerintah harus memberikan insentif kepada petani yang beralih dari produksi daging babi ke produksi tanaman.
Salah satu faktor yang mendorong perubahan perilaku konsumsi daging di Denmark adalah adanya kampanye dan gerakan yang mengadvokasi gaya hidup vegetarian atau vegan.
Beberapa contoh kampanye dan gerakan tersebut adalah Meat Free Monday, Vegan Challenge, dan Green Food Week. Kampanye dan gerakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mengurangi konsumsi daging, baik bagi diri sendiri maupun bagi planet.
Selain itu, kampanye dan gerakan tersebut juga menawarkan berbagai resep, tips, dan sumber daya untuk membantu orang-orang yang ingin mencoba makan tanpa daging.
Selain dari sisi konsumen, perubahan perilaku konsumsi daging juga terlihat dari sisi produsen. Beberapa peternak babi di Denmark mulai beralih ke produksi tanaman, seperti gandum, kentang, dan sayuran.
Alasan mereka beralih antara lain adalah karena menurunnya permintaan daging babi, meningkatnya biaya produksi, dan adanya insentif dari pemerintah.
Misalnya, pada tahun 2019, pemerintah Denmark mengumumkan sebuah program yang memberikan bantuan finansial kepada peternak babi yang mau mengubah lahan mereka menjadi hutan atau lahan basah.
Program tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan memperbaiki kualitas air.
Meskipun demikian, perubahan perilaku konsumsi daging di Denmark masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satunya adalah adanya resistensi dari sebagian masyarakat yang masih menganggap daging babi sebagai bagian dari identitas nasional dan tradisi kuliner Denmark.
Daging babi, terutama sosis dan daging asap, sering disajikan dalam berbagai acara dan perayaan, seperti Natal, Paskah, dan ulang tahun.
Selain itu, daging babi juga dianggap sebagai simbol kebebasan dan toleransi di Denmark, terutama setelah terjadinya kontroversi kartun Nabi Muhammad yang menggambarkan beliau dengan tubuh babi pada tahun 2005.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi oleh perubahan perilaku konsumsi daging di Denmark adalah adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan produk tanpa daging.
Meskipun permintaan produk tanpa daging meningkat, pasokannya masih terbatas dan mahal. Sebagai contoh, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh organisasi nirlaba ProVeg International pada tahun 2020, Denmark berada di peringkat ke-15 dari 60 negara dalam hal ketersediaan produk alternatif daging, seperti burger nabati, nugget jamur, dan sosis kedelai.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa harga produk alternatif daging di Denmark rata-rata 2,6 kali lebih mahal daripada harga daging babi.
Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah yang lebih konkret dan sistematis untuk mendorong perubahan perilaku konsumsi daging di Denmark. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah:
- Meningkatkan edukasi dan informasi kepada masyarakat tentang dampak negatif konsumsi daging terhadap kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan hewan, serta manfaat positif mengurangi konsumsi daging bagi diri sendiri dan planet.
- Memberikan insentif dan dukungan kepada peternak babi yang mau beralih ke produksi tanaman, baik berupa bantuan finansial, teknis, maupun sosial.
- Mendorong pengembangan dan inovasi produk alternatif daging yang lebih bervariasi, berkualitas, dan terjangkau, baik oleh sektor swasta maupun publik.
- Membangun kerjasama dan dialog antara berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, industri, akademisi, media, organisasi masyarakat sipil, dan konsumen, untuk mencari solusi bersama yang dapat mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan semua pihak.
Denmark, sebagai negara produsen babi yang ingin berubah, memiliki potensi dan peluang untuk menjadi contoh bagi negara-negara lain yang ingin mengurangi ketergantungan mereka terhadap daging. Dengan komitmen, kolaborasi, dan kreativitas, Denmark dapat menciptakan sebuah transformasi yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua.