Perang Tigray: Konflik Etnis dan Politik yang Menyebabkan Krisis Kemanusiaan di Ethiopia dan Eritrea

ZAJ
By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
10 Min Read
- Advertisement -

Pada 4 November 2020, Abiy mengumumkan bahwa ia telah memerintahkan serangan militer terhadap Tigray sebagai respons atas serangan yang dilakukan oleh TPLF terhadap markas besar Komando Utara Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia (ENDF) yang berada di Tigray.

Abiy menyebut operasi tersebut sebagai “tindakan penegakan hukum” yang bertujuan untuk menangkap para pemimpin TPLF yang ia tuduh melakukan pengkhianatan, terorisme, dan kejahatan perang.

Abiy juga menjanjikan bahwa operasi tersebut akan berlangsung singkat dan terbatas.

Namun, konflik tersebut berkepanjangan dan meluas, dengan keterlibatan pasukan Eritrea yang mendukung pemerintah pusat. Eritrea, yang dipimpin oleh Presiden Isaias Afwerki, memiliki dendam lama terhadap TPLF karena perang perbatasan yang berdarah dan belum terselesaikan.

Ad imageAd image

Pasukan Eritrea dikabarkan melakukan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, dan penjarahan terhadap warga sipil Tigray.

Selain itu, pasukan khusus dari wilayah Amhara, yang memiliki sengketa wilayah dengan Tigray, juga ikut berperang di sisi pemerintah pusat.

Pada 28 November 2020, Abiy mengumumkan kemenangan militer setelah pasukannya berhasil menguasai ibu kota Tigray, Mekelle.

Ia juga menyatakan bahwa semua tujuan operasi telah tercapai dan bahwa tidak ada lagi operasi militer di Tigray.

Namun, TPLF tidak mengakui kekalahan dan bersumpah untuk melanjutkan perlawanan. TPLF juga melancarkan serangan roket terhadap ibu kota Eritrea, Asmara, dan bandara di wilayah Amhara dan Afar, yang berbatasan dengan Tigray.

Sejak itu, pertempuran terus berlangsung di beberapa daerah di Tigray, terutama di daerah pegunungan yang menjadi benteng TPLF.

Pada Juni 2021, TPLF melancarkan serangan balasan yang berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah Tigray, termasuk Mekelle. Pada 28 Juni 2021, Abiy mengumumkan gencatan senjata sepihak dan menarik pasukan federal dari Tigray.

Ia mengatakan bahwa langkah tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi pertanian dan bantuan kemanusiaan di Tigray.

Namun, TPLF menolak gencatan senjata tersebut dan menyebutnya sebagai “lelucon”. TPLF juga mengancam akan melanjutkan perang sampai semua pasukan Eritrea dan Amhara keluar dari Tigray.

Dampak Konflik

- Advertisement -
Share This Article