Yaman Memanas: Houthi Klaim Rudal Kapal Perang AS, Dunia Diambang Eskalasi Konflik

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
7 Min Read
Yaman Memanas: Houthi Klaim Rudal Kapal Perang AS, Dunia Diambang Eskalasi Konflik
Yaman Memanas: Houthi Klaim Rudal Kapal Perang AS, Dunia Diambang Eskalasi Konflik
- Advertisement -

jfid – Sanaa, Yaman (16 Mei 2024) – Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengklaim telah meluncurkan serangan rudal dan drone terhadap sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) dan kapal lain yang berlayar menuju Israel di perairan Laut Merah pada hari Kamis.

Serangan ini terjadi di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia dan dapat memicu eskalasi ketegangan yang lebih luas di kawasan yang sudah bergolak tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi Al-Masirah yang dikendalikan Houthi, juru bicara militer Yahya Saree mengklaim bahwa rudal dan drone telah dilepaskan mengarah ke “kapal perang musuh” yang diduga milik AS dan “kapal pedagang yang menuju ke perairan teritorial Zionis Israel.”

“Serangan ini merupakan tindakan balasan yang sah dan alamiah untuk menghadapi agresi kejam dan menjijikkan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza,” kata Saree, mengutip alasan solidaritas dengan warga Palestina yang telah lama menjadi retorika kelompok Houthi.

Ad image

Saree tidak memberikan detail lebih lanjut tentang waktu dan lokasi pasti serangan yang diklaim ini atau dampaknya terhadap kapal-kapal yang diserang.

Namun, sumber militer Yaman mengatakan serangan itu terjadi di sekitar Selat Bab el-Mandeb, yang menghubungkan Laut Merah dengan Samudera Hindia.

Badan Keamanan Maritim Inggris (UKMTO) mengeluarkan peringatan pada hari yang sama tentang sebuah insiden yang melibatkan drone dan ledakan di perairan sekitar 30 meter dari sebuah kapal dagang. Namun, UKMTO tidak mengonfirmasi adanya korban atau kerusakan pada kapal tersebut.

Baik Angkatan Laut AS maupun militer Israel belum memberikan komentar atas klaim serangan Houthi ini. Namun, sumber militer AS mengatakan ada laporan mengenai ancaman serangan rudal Houthi yang ditangkal sukses oleh sistem pertahanan rudal kapal perang.

Serangan Houthi ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat akibat konflik berkepanjangan antara Israel dan militan Palestina di Jalur Gaza.

Sejak agresi brutal Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, kelompok Houthi telah berulang kali menyerukan solidaritas dan mengancam akan menyerang target-target yang terkait Israel.

“Ini serangan balasan atas kejahatan besar yang dilakukan rezim Zionis terhadap rakyat Palestina yang tertindas di Gaza,” kata Ali al-Qahum, seorang tokoh veteran Houthi. “Kami akan terus melawan sampai penjajahan Israel atas Palestina berakhir.”

Laut Merah merupakan jalur pelayaran vital untuk perdagangan global, dengan sekitar 12% perdagangan dunia melewati Selat Bab el-Mandeb, pintu masuk Laut Merah di antara barat daya Yaman dan Djibouti. Gangguan pada jalur ini dapat berdampak signifikan pada rantai pasokan dunia.

Beberapa perusahaan pelayaran besar, termasuk A.P. Moller-Maersk, telah menghentikan sementara layanan mereka melewati perairan tersebut sebagai tindakan pencegahan akibat serangan Houthi yang semakin meningkat.

“Kami telah menginstruksikan semua kapal untuk menghindari area tersebut sampai ada pembaruan lebih lanjut tentang situasinya,” kata Iqbal Alikhan, direktur komunikasi Maersk Line.

Serangan Houthi ke arah kapal dengan tujuan Israel bukan yang pertama kalinya. Sejak agresi Israel di Gaza tahun lalu, kelompok Houthi telah beberapa kali mengklaim telah meluncurkan serangan serupa, meski kebanyakan gagal atau tidak menimbulkan kerusakan berarti.

Namun, yang terbaru ini menjadi yang paling serius. Dikonfirmasi sumber militer AS, sebuah kapal perang mereka hampir diserang rudal yang akhirnya berhasil ditembak jatuh. Ini dapat memicu respons keras dari Washington, memperparah situasi yang sudah tegang.

“Setiap serangan terhadap kapal perang atau kapal sipil AS akan dianggap sebagai tindakan agresi dan akan dibalas dengan ketegasan penuh untuk melindungi hak maritim kami,” kata John Kirby, juru bicara Departemen Pertahanan AS.

Inggris, sekutu dekat AS, juga telah mengecam aksi Houthi ini. Menteri Angkatan Laut Inggris Ben Wallace memperingatkan bahwa “serangan terhadap kapal sipil adalah kejahatan perang yang tidak dapat ditolerir.”

Sementara itu, pihak berwenang Yaman yang didukung Saudi telah lama menuduh Iran mendukung Houthi dengan persenjataan dan bantuan teknis, yang terus dibantah oleh Tehran. Banyak pihak mengkhawatirkan eskalasi ketegangan Teluk dapat terjadi jika serangan Houthi meningkat.

Sejak 2015, koalisi militer yang dipimpin Saudi terus melakukan serangan udara untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran setelah kelompok tersebut mengambil alih ibu kota Sanaa dan wilayah lain di utara Yaman.

Konflik berkepanjangan ini telah melahirkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan warga Yaman menghadapi kelaparan akut dan kekurangan akses ke layanan kesehatan dan air bersih.

Sementara upaya diplomasi untuk mengakhiri perang saudara melelahkan ini terus berlanjut, serangan Houthi terbaru ini dapat memicu siklus kekerasan baru yang semakin merenggut nyawa warga sipil tak berdosa.

“Eskalasi dan perluasan konflik ini hanya akan memperparah penderitaan rakyat Yaman yang sudah sekian lama menjadi korban,” kata Arnaud Quidelleur, kepala misi bantuan kemanusiaan PBB di Yaman.

Meningkatnya ketegangan di sekitar Laut Merah juga mengancam untuk mengganggu rantai pasokan makanan dan barang-barang vital ke Yaman, di mana jutaan warga masih bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.

Dengan situasi yang semakin memanas, dunia kini menanti respons dari pihak-pihak yang terlibat untuk mencegah meluasnya api peperangan yang dapat membawa bencana lebih lanjut bagi Yaman yang sudah hancur akibat konflik berkepanjangan.

- Advertisement -
Share This Article