Tokoh-Tokoh Penting di Balik Serangan Hamas

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
8 Min Read
Perang Israel Hamas Hari Ke 10: Ribuan Tewas, Bantuan Kemanusiaan Terhambat, Diplomasi Gagal
Perang Israel Hamas Hari Ke 10: Ribuan Tewas, Bantuan Kemanusiaan Terhambat, Diplomasi Gagal (Washingtonpost)
- Advertisement -

jfid Hamas, gerakan Islamis militan dan salah satu partai politik utama di wilayah Palestina, dikenal karena perlawanannya terhadap Israel. Dalam serangan terbarunya, yang disebut “Operasi Banjir Al-Aqsa”, Hamas meluncurkan ribuan roket ke wilayah Israel, memicu perang yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan kerusakan besar.

Namun, siapa sebenarnya orang-orang yang merencanakan dan mengorganisir serangan tersebut? Siapa saja para pimpinan penting Hamas yang menjadi sasaran utama Israel? Berikut ini adalah profil singkat beberapa tokoh kunci di balik gerakan Hamas, baik dari bidang politik maupun militer.

Mohammed Deif: Sang Dalang

Mohammed Diab Al-Masry, atau lebih dikenal dengan nama Mohammed Deif, adalah pemimpin Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas. Dia lahir di Gaza pada tahun 1965 dan bergabung dengan Hamas sejak awal berdirinya.

Ad image

Deif adalah insinyur yang membangun terowongan yang memungkinkan milisi Hamas masuk ke Israel dari Gaza. Dia juga merupakan salah satu orang yang merancang strategi serangan roket ke Israel dalam skala yang masif.

Deif dikenal sebagai “Sang Dalang” oleh masyarakat Palestina karena perannya dalam merencanakan berbagai operasi militer, termasuk pemboman bus yang menewaskan sekitar 50 warga Israel pada tahun 1996. Sementara itu, Israel menjulukinya “Manusia Pembawa Maut” dan “Manusia dengan Sembilan Nyawa”.

Deif telah menjadi sasaran berbagai upaya pembunuhan oleh Israel, namun selalu berhasil selamat. Dia dikabarkan kehilangan satu mata, satu kaki, dan satu tangan akibat serangan-serangan tersebut. Deif juga jarang muncul di depan publik dan hanya ada tiga foto yang menampilkan wajahnya.

Marwan Issa: Manusia Bayangan

Marwan Issa adalah tangan kanan Mohammed Deif, wakil panglima Brigade Izz al-Din al-Qassam, sekaligus anggota biro politik dan militer Hamas. Dia lahir di Gaza pada tahun 1965 dan ditahan oleh Israel selama lima tahun karena aktivitasnya di Hamas.

Issa memainkan peran penting dalam mengembangkan sistem militer di Brigade Al-Qassam. Dia dikenal sebagai “Manusia Bayangan” karena kemampuannya dalam mengelola intelijen dan teknis, serta merencanakan serangan dalam berbagai pertempuran.

Issa juga masuk dalam daftar paling dicari Israel. Israel berusaha membunuhnya dalam pertemuan staf umum pada tahun 2006 dengan Deif dan para pemimpin utama Brigade Al-Qassam. Issa terluka, tapi tujuan Israel untuk membunuhnya tidak tercapai.

Wajah Issa tidak diketahui publik sampai tahun 2011. Wajahnya baru muncul ke media massa ketika dia muncul dalam foto grup yang diambil saat resepsi proses pertukaran tahanan Palestina dan tentara Israel, Gilad Shalit.

Yahya Sinwar: Pemimpin Politik

Yahya Ibrahim Al-Sinwar adalah kepala biro politik Hamas di Jalur Gaza. Dia lahir di kamp pengungsi Palestina pada tahun 1962 dan merupakan pendiri dinas keamanan Hamas, yang dikenal dengan julukan “Majd”.

Sinwar beberapa kali ditangkap oleh Israel dan menghabiskan lebih dari 20 tahun di penjara. Dia dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan dengan Gilad Shalit.

Setelah bebas, Sinwar kembali ke posisinya sebagai pemimpin terkemuka gerakan Hamas dan anggota biro politiknya. Pada tahun 2017, dia terpilih sebagai kepala biro politik gerakan tersebut di Jalur Gaza, menggantikan Ismail Haniyeh.

Sinwar dikenal sebagai sosok keras dan pragmatis. Dia telah menyerukan rekonsiliasi dengan gerakan Fatah, namun juga menegaskan bahwa Hamas tidak akan mengakui Israel atau menghentikan perlawanannya.

Abdullah Barghouti: Pangeran Bayangan

Abdullah Barghouti adalah seorang ahli bahan peledak dan anggota Brigade Izz al-Din al-Qassam. Dia lahir di Kuwait pada tahun 1972 dan memegang kewarganegaraan Yordania. Dia belajar teknik elektronik di Korea Selatan sebelum pindah ke Palestina.

Barghouti dikenal sebagai produsen alat peledak dan zat beracun yang digunakan oleh Hamas dalam berbagai operasi pengeboman. Dia mendirikan pabrik khusus manufaktur militer di sebuah gudang di kotanya.

Barghouti ditangkap oleh Israel pada tahun 2003 secara kebetulan oleh pasukan khusus Israel. Dia mengaku bertanggung jawab atas puluhan kematian warga Israel akibat pengeboman yang dia lakukan.

Barghouti dijatuhi hukuman terlama dalam sejarah Israel – bahkan mungkin hukuman penjara terlama yang pernah ada – dengan 67 hukuman seumur hidup ditambah 5.200 tahun penjara.

Barghouti menulis sebuah buku dari dalam penjara dengan judul “Pangeran Bayangan”, di mana dia berbicara tentang kehidupannya dan rincian operasi yang dia lakukan dengan tahanan lain.

Ismail Haniyeh: Perdana Menteri

Ismail Abdel Salam Haniyeh, atau lebih akrab dipanggil Abu Al-Abd, adalah kepala biro politik gerakan Hamas dan perdana menteri pemerintahan Palestina yang kesepuluh. Dia lahir di kamp pengungsi Palestina pada tahun 1963 dan bergabung dengan Hamas sejak awal berdirinya.

Haniyeh ditangkap oleh Israel pada tahun 1989 selama tiga tahun. Setelah itu dia diasingkan ke Marj al-Zuhur bersama sejumlah pemimpin Hamas pada tahun 1992. Dia kemudian menjadi kepala kantor Sheikh Ahmed Yassin, pemimpin spiritual gerakan Hamas, yang memperkuat posisinya.

Pada tahun 2006, Hamas mencalonkannya sebagai perdana menteri Palestina, dan dia diangkat untuk duduk pada posisi itu empat hari setelahnya. Namun, satu tahun kemudian, Haniyeh diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden Mahmoud Abbas, setelah Brigade Al-Qassam menguasai Jalur Gaza dan mengusir perwakilan gerakan Fatah pimpinan Abbas.

Haniyeh menolak dipecat dan menyebutnya sebagai upaya inkonstitusional. Dia berkata, “pemerintahannya akan melanjutkan tugasnya dan tidak mengabaikan tanggung jawab nasionalnya terhadap rakyat Palestina.”

Pada tahun 2017, Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas, menggantikan Khaled Meshaal.

Khaled Meshaal: Mantan Pemimpin

Khaled Meshaal ‘Abu Al-Walid’ lahir di desa Silwad di Tepi Barat pada tahun 1956. Dia pindah ke Kuwait bersama keluarganya dan kemudian ke Yordania. Dia merupakan salah satu pendiri gerakan Hamas, dan telah menjadi anggota biro politik sejak organisasi itu didirikan.

Meshaal menjabat sebagai presiden biro politik gerakan tersebut antara tahun 1996 dan 2017 dan diangkat sebagai pemimpinnya setelah kematian Sheikh Ahmed Yassin pada tahun 2004.

Pada tahun 1997, agen mata-mata Israel Mossad berusaha membunuhnya di bawah instruksi langsung dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Meshaal disuntik dengan zat beracun saat berjalan di sepanjang jalan di ibu kota Yordania, Amman.

Pihak berwenang Yordania mengetahui upaya pembunuhan tersebut dan menangkap dua anggota Mossad yang terlibat. Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, kemudian memaksa Netanyahu untuk memberikan penawar racun kepada Meshaal.

- Advertisement -
TAGGED:
Share This Article