Sumenep Kalah dari 6 Kabupaten Jatim ini, Gak Perlu Studi Banding ke Bandung

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
5 Min Read
makam asta tinggi, sumenep, madura
Photo by astama81 on Pixabay
- Advertisement -

jfid – Pada 14 Juli 2024, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sumenep mengeluarkan Surat Edaran yang menginstruksikan seluruh kepala desa untuk mengikuti program studi banding ke Bandung.

Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas dan wawasan kepala desa serta mengembangkan potensi desa.

Namun, kebijakan ini menuai kontroversi karena dianggap kurang transparan dan lebih mirip ajang jalan-jalan dinas daripada kegiatan yang memberikan hasil nyata untuk pengembangan desa.

Menanggapi kritikan ini, sangat penting untuk mengevaluasi tujuan studi banding yang lebih relevan dan bermanfaat.

Ad image

Berdasarkan analisis data statistik dari dokumen “Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2024”, beberapa kabupaten di Jawa Timur menunjukkan potensi besar untuk dijadikan tujuan studi banding.

Mari kita tinjau potensi Kabupaten Sumenep dan bandingkan dengan kabupaten lain yang mungkin lebih relevan untuk studi banding.

Pendidikan

Kabupaten Sumenep memiliki total 657 sekolah dasar dengan 6,565 guru yang melayani 55,409 murid.

Infrastruktur pendidikan ini cukup memadai, meskipun rasio guru-murid yang ideal perlu dievaluasi lebih lanjut.

Sebagai perbandingan, Kabupaten Malang memiliki 1,150 sekolah dasar dengan 4,581 guru yang melayani 172,888 murid.

Begitu pula dengan Kabupaten Banyuwangi yang memiliki 806 sekolah dasar, 2,603 guru, dan 106,666 murid.

Dengan infrastruktur pendidikan yang lebih baik, Malang dan Banyuwangi dapat memberikan wawasan tentang pengelolaan pendidikan yang lebih efektif.

Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, Kabupaten Sumenep memiliki 12,217 tenaga kesehatan, jumlah yang signifikan dibandingkan dengan kabupaten lain. Namun, jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan di Sumenep masih perlu ditingkatkan.

Kabupaten Jember, misalnya, memiliki 2,200 tenaga kesehatan dan 140 fasilitas kesehatan. Dengan jumlah tenaga kesehatan yang terbesar dan fasilitas yang memadai, Jember dapat menjadi contoh yang baik dalam pengelolaan layanan kesehatan.

Pariwisata

Data pariwisata menunjukkan bahwa Sumenep belum memiliki jumlah akomodasi dan kamar hotel yang memadai. Sektor pariwisata di Sumenep masih perlu banyak pengembangan.

Sebagai perbandingan, Kabupaten Malang memiliki 500 akomodasi dengan 4,000 kamar hotel, sedangkan Banyuwangi memiliki 450 akomodasi dengan 3,800 kamar hotel. Potensi pariwisata yang besar di Malang dan Banyuwangi dapat menjadi contoh yang baik bagi Sumenep dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Pertanian

Kabupaten Sumenep memiliki produksi pertanian sebesar 3,774 ton, yang relatif kecil dibandingkan dengan kabupaten lain. Misalnya, Kabupaten Jember memiliki produksi pertanian sebesar 320,000 ton dengan diversifikasi tanaman yang luas.

Kabupaten Lumajang juga menunjukkan potensi besar dalam produksi pertanian dengan 310,000 ton. Dengan produksi pertanian yang tinggi dan diversifikasi tanaman yang baik, Jember dan Lumajang dapat menjadi contoh dalam praktik pertanian yang efisien.

Rekomendasi Studi Banding

Berdasarkan analisis statistik, Kabupaten Malang, Banyuwangi, Jember, Blitar, dan Lumajang menunjukkan keunggulan dalam berbagai aspek yang relevan untuk studi banding.

Studi banding ke kabupaten-kabupaten ini akan memberikan wawasan berharga bagi kepala desa dari Sumenep untuk mengembangkan potensi desa mereka, meningkatkan kualitas pendidikan, layanan kesehatan, pariwisata, dan pertanian.

Kabupaten Malang dan Banyuwangi, misalnya, menunjukkan potensi besar dalam bidang pendidikan dan pariwisata.

Dengan infrastruktur pendidikan yang baik dan potensi pariwisata yang besar, kedua kabupaten ini dapat menjadi contoh bagi Sumenep dalam pengelolaan pendidikan dan pengembangan sektor pariwisata.

Kabupaten Jember menonjol dalam bidang kesehatan dan pertanian. Dengan jumlah tenaga kesehatan yang terbesar dan produksi pertanian yang tinggi, Jember dapat memberikan wawasan tentang pengelolaan layanan kesehatan yang efektif dan praktik pertanian yang efisien.

Kabupaten Blitar dan Lumajang juga memiliki potensi yang baik dalam bidang kesehatan dan pertanian. Dengan jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai, serta produksi pertanian yang signifikan, kedua kabupaten ini dapat menjadi tujuan studi banding yang relevan bagi Sumenep.

Kesimpulan

Dengan memilih tujuan studi banding yang tepat, kepala desa di Sumenep dapat belajar dari keberhasilan kabupaten lain di Jawa Timur dan menerapkan praktik terbaik untuk kemajuan desa mereka.

Studi banding ke kabupaten-kabupaten yang lebih relevan dan memiliki potensi besar dalam berbagai aspek akan memberikan hasil nyata yang lebih bermanfaat dibandingkan dengan studi banding ke Bandung, yang menuai kritik karena dianggap kurang transparan dan tidak efektif.

Melalui program studi banding yang tepat, diharapkan kepala desa di Sumenep dapat mengembangkan potensi desa mereka secara optimal, meningkatkan kualitas pendidikan, layanan kesehatan, pariwisata, dan pertanian.

Dengan demikian, program studi banding ini akan benar-benar memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan desa di Sumenep.

- Advertisement -
Share This Article