jfid – Kita hidup di era digital, di mana media sosial telah menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan dunia luar. Namun, jembatan ini juga membuka gerbang bagi fenomena baru yang disebut “Social Blockout”.
Apa itu Social Blockout?
“Social Blockout” adalah istilah yang merujuk pada tren baru di media sosial di mana penggemar secara massal memblokir atau mengabaikan akun selebritas tertentu sebagai bentuk protes atau aksi kolektif.
Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap selebritas yang dianggap gagal bersuara mengenai isu-isu sosial dan bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di seluruh dunia.
Pemicu dan Perkembangan Tren
Tren “Social Blockout” mencapai puncaknya setelah kejadian Met Gala 2024, sebuah acara penggalangan dana di Amerika Serikat yang terkenal dengan selebritas yang mengenakan busana mencolok.
Sebuah video TikTok dari pemengaruh Haley Kalil di Met Gala pada 7 Mei, yang melakukan sinkronisasi bibir dengan kalimat, “Biarkan mereka makan kue,” menjadi pemicu utama dari gerakan ini.
Kalimat ini dianggap sebagai sindiran terhadap sikap acuh selebritas terhadap penderitaan masyarakat di tengah krisis global yang sedang berlangsung.
Sasaran dan Dampak
Sejumlah selebritas ternama menjadi sasaran dari aksi “Social Blockout” ini, termasuk penyanyi dan aktris Selena Gomez, penyanyi dan aktris Zendaya, pemengaruh media sosial Kim Kardashian, dan sang adik Kylie Jenner.
Mereka kehilangan ratusan ribu bahkan jutaan pengikut, baik di Instagram maupun platform lainnya. Hal ini tentunya berdampak signifikan pada pendapatan mereka dari endorsement dan berbagai bentuk promosi di media sosial.
Buzzer: Aktor Lain di Balik Layar
Di sisi lain, ada aktor lain yang juga berperan penting dalam dunia media sosial, yaitu buzzer. Buzzer adalah orang-orang yang dibayar untuk mempromosikan atau menyebarkan opini tertentu di media sosial.
Mereka sering kali menjadi topik hangat dalam konteks politik dan dinilai oleh banyak pihak sebagai perusak demokrasi, karena bisa mempengaruhi opini publik dengan informasi yang tidak selalu benar atau memihak pada satu pihak.
Refleksi: Aksi Massa atau Buzzer Terorganisir?
Dalam konteks ini, pertanyaan yang muncul adalah apakah “Social Blockout” merupakan aksi massa yang murni berasal dari rasa kepedulian penggemar, ataukah ini merupakan hasil kerja buzzer yang terorganisir? Jawabannya mungkin berada di antara keduanya.
Namun, yang pasti, baik “Social Blockout” maupun buzzer, keduanya mencerminkan bagaimana media sosial telah menjadi medan baru dalam perjuangan opini dan kekuasaan.
Kita sebagai pengguna media sosial harus selalu waspada dan kritis terhadap informasi yang kita terima. Karena di era digital ini, kebenaran bukan lagi soal hitam dan putih, melainkan berbagai nuansa abu-abu di antaranya.