jf.id – Pro kontra perubahan nama Lombok International Air Port (LIA) berujung pada aksi oleh pemuda NW ke Gedung DPRD Provinsi NTB pada Jum’at kemarin, untuk mendesak Ketua DPRD Provinsi NTB merekomendasikan pergantian nama Lombok International Air Port (LIA) ke Bandara International Zainuddin Abdul Mandjid (BIZAM) paling lambat pada 3 Februari 2020. Sabtu, 25/01/2020.
Sebelum persoalan Lombok International Air Port (LIA) di permasalahkan oleh warga NTB, Lapangan Udara (Lanud) Rembige, Kota Mataram disematkan ke nama Maulana Syekh TGH. Zainuddin Abdul Madjid (Lanud Zainuddin Abdul Madjid).
Dengan permasalahan ini, anggota DPRD Lombok Tengah, Dapil 4 Praya Barat-Praya Barat Daya, Majrun berpendapat, perubahan nama LIA Ke BIZAM di asumsikan nya sebagai tindakan yang hanya mengedepankan nafsu, sebab terdapat fasilitas yang lebih layak dari sekedar nama bandar udara berdasarkan background garis perjuangan dari sang Tuan Guru.
“di NTB ini banyak fasilitas yang taraf nya nasional dan international, seperti Universitas Mataram, bisa saja dirubah namanya menjadi univeristas nama beliau, sebab beliau garis perjuangannya pendidikan dan dakwah,” kata Majrun.
Majrun mempertanyakan, mengapa mesti Lombok International Air Port (LIA) di Lombok Tengah yang mesti di sematkan nama Maulana Syekh TGH. Zainuddin Abdul Madjid, sedangkan terdapat tempat yang mungkin lebih relevan.
“sebut saja pelabuhan kayangan, pelabuhan lembar untuk dijadikan nama beliau, sama-sama fasilitas transportasi,” sebutnya.
Dikatakannya, Maulana Syekh TGH. Zainuddin Abdul Madjid berjuang melawan penjajah melalui media pendidikan dan dakwah di Lombok.
“dari semua sejarah beliau tidak pernah melawan penjajah melalui perang, tetapi melalui motivasi pendidikan pesantren dan dakwah” tutur Majrun.
Pro dan Kontra terkait perubahan nama LIA Ke BIZAM setidaknya menyisakan ketidak nyamanan bagi warga Lombok Tengah.
“bandar udara ini lokasinya jelas di Lombok Tengah, tentu warga Lombok Tengah merasa terusik, selama ini adem ayem, tiba-tiba kisruh begini hanya terkait persoalan nama,” imbuhnya.
Menurut Politisi Nasdem Lombok Tengah ini, suatu perasaan yang wajar jika warga Lombok Tengah merasa terusik meski sebagian warga juga ada yang pro terhadap perubahan nama Bandar Udara tersebut.
“terusiknya itu kan bukan warga saja, tetapi Pemerintah Daerah Lombok Tengah juga mungkin merasa terusik, sebab tidak ada koordinasi sedikitpun dengan Pemerintah Daerah, tiba-tiba sudah mau diganti,” sebutnya.
Dengan dasar itu, sikap kontra terhadap perubahan nama LIA Ke BIZAM ini suatu hal yang wajar jika dipandang dalam perspektif adab.
“polemik ini kalau saya ibaratkan seperti seseorang datang ke rumah orang lain untuk sholat, tetapi cara kedatangannya kurang sopan, maka tuan rumah sudah pasti marah, walaupun perbuatannya baik karena adab yang salah,” katanya.
Selanjutnya, Polemik ini di katakannya pula sebagai tindakan perang nafsu, warga menjadi bingung dan tidak tahu mana yang benar dan yang salah, karena di hadapkan dengan situasi yang serba membingungkan.
“jangan-jangan ini gajah beradu dengan gajah, atau pelaut mati di tengah-tengah atau ibarat sasaknya “kao blage pupak isol”, ada oknum yang mengambil keuntungan dibalik peristiwa ini, begitu kira-kira,” cetusnya.