Seruan Balas Dendam Menggema di Salat Jenazah Ismail Haniyeh

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
3 Min Read
Seruan Balas Dendam Menggema di Salat Jenazah Ismail Haniyeh (Ilustrasi)
Orang-orang mengangkat bendera Palestina dan potret pemimpin Hamas yang terbunuh, Ismail Haniyeh, dalam sebuah unjuk rasa di Universitas Teheran, di ibu kota Iran, Teheran, pada 31 Juli 2024. Foto: AFP
- Advertisement -

jfid – Pada Kamis, 1 Agustus 2024, ribuan orang berkumpul di Universitas Teheran untuk menghadiri salat jenazah pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, yang tewas dalam serangan di Teheran.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memimpin doa untuk Haniyeh sebelum jenazahnya dikuburkan di Doha.

Kematian Haniyeh dan Tuduhan terhadap Israel

Ismail Haniyeh dan pengawalnya tewas dalam serangan rudal berpemandu yang menghancurkan ruangan mereka di Teheran pada Rabu, 31 Juli 2024.

Hamas menuding Israel sebagai dalang pembunuhan ini, meskipun Israel belum memberikan komentar resmi.

Ad image

Serangan ini menambah panjang daftar konflik antara Hamas dan Israel, yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Seruan Balas Dendam

Selama prosesi pemakaman, seruan balas dendam terhadap Israel menggema di antara para pelayat.

Ketua Parlemen Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf, menegaskan bahwa Iran akan melaksanakan perintah Ayatollah Khamenei untuk membalas kematian Haniyeh pada waktu dan tempat yang tepat.

Khalil al-Hayya, tokoh senior Hamas, juga menyatakan bahwa mereka akan mengejar Israel sampai lenyap dari tanah Palestina.

Reaksi Internasional

Kematian Haniyeh dan seruan balas dendam ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan tersebut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa hari-hari penuh tantangan akan segera tiba dan menegaskan bahwa Israel siap menghadapi setiap skenario.

Sementara itu, Amerika Serikat dan Uni Eropa menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi.

Latar Belakang Konflik

Konflik antara Hamas dan Israel telah berlangsung sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948.

Hamas, yang didirikan pada tahun 1987, adalah kelompok militan Palestina yang berkomitmen untuk menghancurkan Israel dan mendirikan negara Palestina yang merdeka.

Selama bertahun-tahun, kedua belah pihak telah terlibat dalam berbagai konflik bersenjata, termasuk perang Gaza pada tahun 2008-2009, 2012, 2014, dan 2021.

Dampak Kematian Haniyeh

Kematian Ismail Haniyeh, yang telah memimpin Hamas sejak tahun 2017, merupakan pukulan besar bagi organisasi tersebut.

Haniyeh dikenal sebagai pemimpin yang karismatik dan memiliki pengaruh besar di kalangan anggota Hamas.

Kehilangannya diperkirakan akan mempengaruhi dinamika internal Hamas dan strategi mereka dalam menghadapi Israel.

Seruan untuk Perdamaian

Di tengah seruan balas dendam, beberapa tokoh internasional dan organisasi kemanusiaan menyerukan agar semua pihak menahan diri dan mencari solusi damai untuk konflik ini.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan dan menyerukan agar semua pihak menghormati hukum internasional dan hak asasi manusia.

Kesimpulan

Kematian Ismail Haniyeh dan seruan balas dendam yang menyertainya menambah ketegangan di Timur Tengah.

Situasi ini memerlukan perhatian dan tindakan diplomatik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan menjaga stabilitas di kawasan tersebut.

Meskipun tantangan besar dihadapi, harapan untuk perdamaian tetap ada jika semua pihak bersedia untuk berdialog dan mencari solusi bersama.

- Advertisement -
Share This Article