Jfid – Poster bertuliskan “All Eyes on Papua” telah beredar di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Poster ini banyak dibagikan di tengah maraknya poster dengan kalimat serupa yang menyuarakan penderitaan rakyat Palestina di Jalur Gaza akibat serangan Israel ke Rafah.
Namun, apa sebenarnya yang terjadi di Bumi Cenderawasih?
All Eyes on Papua berkaitan dengan permintaan masyarakat adat Awyu dan Moi agar hutannya dikembalikan dan diselamatkan dari pembukaan perkebunan sawit.
Berdasarkan catatan Kompas.id, hutan masyarakat Awyu telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia melalui Proyek Tanah Merah.
Proyek ini dioperasikan oleh tujuh perusahaan, yakni PT MJR, PT KCP, PT GKM, PT ESK, PT TKU, PT MSM, dan PT NUM.
Pemerintah provinsi juga mengeluarkan izin kelayakan lingkungan hidup untuk PT IAL.
PT tersebut mengantongi izin lingkungan seluas 36.094 hektar yang sebagian berada di hutan adat marga Moro, bagian dari suku Awyu.
Pemberian izin lingkungan kepada PT IAL kemudian digugat oleh Hendrikus Woro yang kini tengah bergulir di Mahkamah Agung.
Atas pembukaan perkebunan sawit di Bumi Cenderawasih, suku Awyu dari Boven Digoel dan suku Moi di Sorong menggelar aksi damai di depan Gedung Mahkamah Agung.
Mereka mengenakan baju khas suku masing-masing sambil menggelar ritual adat dan memanjatkan doa.
Perjuangan mereka melawan perampasan hutan oleh perusahaan sawit telah menggema di jagat maya melalui poster “All Eyes on Papua” yang viral di media sosial.
Semoga informasi ini membantu Anda memahami lebih lanjut tentang situasi di Papua dan perjuangan masyarakat adat dalam mempertahankan hak-hak mereka. 😊🌿