jfid – Rafah, sebuah kota yang berada di Jalur Gaza, Palestina, kini menjadi seperti kota hantu.
Sejak operasi militer pasukan Israel semakin intensif pada tanggal 6 Mei, sekitar 80.000 orang telah meninggalkan Rafah untuk mencari perlindungan di tempat lain.
Rafah yang menjadi tempat pengungsian warga Palestina kini diserang atau dibombardir pasukan Israel dengan tank dan pesawat tempur.
Mengapa Israel Menyerang Rafah?
Israel telah bertekad untuk melancarkan serangan darat terhadap Hamas di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza.
Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. “Kami akan memasuki Rafah karena kami tidak punya pilihan lain.
Kami akan menghancurkan batalion Hamas di sana, kami akan menyelesaikan semua tujuan perang, termasuk mengembalikan semua sandera kami,” ujarnya pada Selasa (7/5/2024), seperti dikutip dari AP News.
Pihak militer Israel juga mengklaim bahwa Rafah adalah benteng pertahanan utama terakhir Hamas di Jalur Gaza.
Mereka ingin mengontrol Rafah setelah menghancurkan 18 dari 24 batalion kelompok militan tersebut.
Dalam operasi serangan itu, mereka mengirim pasukan darat untuk menjatuhkan mereka.
Bagaimana Kondisi Terkini di Palestina?
Kondisi di Rafah yang luluh lantak akibat serangan menyita perhatian global.
Hal ini membuat pengguna media sosial sehingga meramaikan tagar “All Eyes on Rafah.” Tagar tersebut mulai mencuat di berbagai platform media sosial setelah Israel menyatakan serangannya ke Rafah, Selasa (7/5/2024).
Banyak warganet yang menggunakan tagar tersebut untuk mengecam tindakan Israel menyerang Rafah.
Serangan Israel ke Rafah nyatanya menyebabkan jatuhnya banyak korban.
Pasalnya, kota tersebut dipadati pengungsi sejak perang Israel-Hamas terjadi sejak 7 Oktober tahun lalu. Selain itu, warganet juga menuduh agresi Israel merupakan upaya genosida terhadap penduduk Palestina.
Apa yang Dapat Dilakukan?
Sekutu Israel–Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar–mendorong terjadinya kesepakatan gencatan senjata agar dapat mencegah serangan ke Rafah.
Namun, Netanyahu menegaskan bahwa militer tetap akan bergerak ke Rafah “dengan atau tanpa kesepakatan” untuk mencapai tujuannya menghancurkan kelompok Hamas.
Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Dunia internasional perlu terus berupaya untuk mendorong dialog dan negosiasi antara Israel dan Palestina, serta membantu masyarakat sipil yang terkena dampak konflik ini.
Sumber: Tirto.ID, Kompas.com, Tribunnews.com