jfid – Perang antara Hamas dan Israel yang meletus sejak 7 Oktober 2023 telah menimbulkan korban jiwa ribuan orang, kerusakan infrastruktur, dan krisis kemanusiaan.
Konflik ini juga menyeret kepentingan negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Iran, yang memiliki hubungan yang tegang dengan Israel. Apakah perang ini akan menjadi pemicu Perang Dunia III?
Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza, melancarkan serangan mendadak terhadap Israel dengan menggunakan ribuan roket. Serangan ini disebut sebagai Operasi Badai Al Aqsa, yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina yang terjajah oleh Israel selama 75 tahun.
Israel, yang didukung oleh AS, tidak tinggal diam. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk melakukan balas dendam besar-besaran terhadap Hamas. Israel menyerang ratusan sasaran di Gaza, termasuk menara tinggi, rumah sakit, sekolah, dan media. Israel juga melakukan blokade terhadap Gaza, memutus pasokan makanan dan bahan bakar.
Perang ini telah menimbulkan dampak yang luas, tidak hanya bagi kedua belah pihak yang bertikai, tetapi juga bagi negara-negara lain di dunia. Dukungan negara-negara di dunia terbelah dalam merespons konflik ini. Negara-negara Barat cenderung bersolidaritas dengan Israel, sementara negara-negara Arab dan Muslim mendukung Palestina.
AS, sebagai sekutu utama Israel, telah menyatakan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dari serangan Hamas. Presiden AS Joe Biden juga telah mengirim Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Timur Tengah untuk membantu mengakhiri konflik ini.
Namun, AS juga menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara mendukung Israel dan menjaga hubungan dengan negara-negara Arab.
Iran, sebagai musuh bebuyutan Israel, telah menunjukkan dukungan kepada Hamas. Iran diketahui telah menyediakan senjata dan dana kepada Hamas, termasuk rudal balistik dan anti-tank. Iran juga telah mengancam akan menyerang Israel jika Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Iran memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan regional di Timur Tengah.
Perang ini juga berpotensi memicu konflik lain di wilayah tersebut. Turki, yang merupakan anggota NATO dan sekutu AS, telah mengkritik keras tindakan Israel dan mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan agresi Israel.
Qatar, yang merupakan sekutu AS dan penyedia gas bagi Eropa, juga memiliki peran finansial dalam mendukung Hamas. Eropa, yang bergantung pada pasokan gas dari Qatar, juga harus berhati-hati dalam menyikapi konflik ini.
Perang ini juga membawa implikasi global yang perlu dipahami dan diatasi dengan bijak. Perang ini dapat mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi dunia, serta menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan dunia. Perang ini dapat menjadi pemicu Perang Dunia III jika tidak segera diselesaikan.
Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan anggota G20, dapat berperan dalam diplomasi untuk mengakhiri konflik ini. Presiden Joko Widodo telah menyatakan bahwa akar konflik ini adalah pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Indonesia juga telah mengajukan permintaan kepada AS untuk mendesak gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Perang antara Hamas dan Israel adalah perpanjangan tangan dari tindakan politik yang bertujuan untuk mencapai dua tujuan utama: kemerdekaan dari okupasi Israel dan pembentukan negara berdaulat di wilayah tersebut.
Perang ini harus diselesaikan dengan cara damai dan adil, sesuai dengan hukum internasional dan resolusi PBB. Perang ini harus dihentikan sebelum merenggut lebih banyak nyawa warga sipil yang tak bersalah.