jfid – Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung sejak berdirinya negara Israel pada Mei 1948, tetapi akar masalahnya bisa ditelusuri jauh sebelum itu. Sejarawan dan komentator menawarkan pendapat yang berbeda tentang kapan babak sejarah ini dimulai. Ada yang mengatakan konflik ini bermula dari usaha Napoleon Bonaparte untuk mendirikan tanah air Yahudi di Palestina pada tahun 1799, atau dari rencana Inggris untuk membentuk sebuah “negara penyangga” di Timur Tengah pada tahun 1841, atau dari gerakan Zionisme yang mencetuskan mimpi sebuah negara Yahudi mandiri pada akhir abad ke-19.
Siapa saja aktor kunci yang terlibat dalam konflik ini, baik sebagai pelaku maupun sebagai penengah? Apa saja peran dan motivasi mereka? Berikut adalah beberapa di antaranya:
Hamas
Hamas adalah kelompok militan Islam yang tidak mengakui hak Israel untuk eksis. Kelompok ini didirikan pada tahun 1987 oleh seorang ulama Palestina, dan sejak tahun 2007, Hamas menguasai Gaza, sebuah wilayah kecil yang berbatasan dengan Laut Tengah dan dihuni oleh sekitar 2 juta orang Palestina. Amerika Serikat dan Uni Eropa menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Taktik militer Hamas terhadap Israel telah berganti-ganti sepanjang tahun, mulai dari merencanakan bom bunuh diri hingga mengumpulkan gudang senjata roket dengan berbagai tingkat akurasi. Kelompok ini selalu menentang pembicaraan damai antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), organisasi politik payung yang mengelola Tepi Barat bersama Gerakan Fatah. Hamas mengecam Perjanjian Oslo tahun 1993, di mana Palestina mendapatkan otoritas pemerintahan atas sebagian wilayah Tepi Barat dan Gaza, sementara PLO secara resmi mengakui Israel.
Dalam konflik terkini, militer Israel mengatakan Hamas telah menembakkan lebih dari 3.000 roket ke target sipil di Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka telah mencegat sekitar 90% dari roket-roket itu dengan sistem pertahanan rudal Iron Dome yang canggih. Hamas, yang memiliki sayap politik dan militer, berusaha memanfaatkan kekacauan dalam politik Palestina dan “mendapatkan keunggulan atas Fatah”, tulis Michael Koplow dari Israel Policy Forum dalam sebuah analisis.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Benjamin Netanyahu adalah pemimpin garis keras yang gencar mempromosikan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan kantong-kantong Palestina lainnya. Para kritikus mengatakan kebijakannya telah menciptakan rasa putus asa di kalangan Palestina yang ingin memiliki negara merdeka mereka sendiri. Salah satu pemicu konfrontasi adalah upaya para pemukim Yahudi untuk mengusir keluarga-keluarga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur.
Netanyahu, perdana menteri Israel yang menjabat paling lama, tidak dapat membentuk koalisi pemerintahan setelah empat pemilihan berturut-turut di mana pemilih Israel menolak memberikan mayoritas jelas kepada partai kanan Likud-nya. Ia juga sedang menghadapi persidangan atas tuduhan korupsi, penyuapan, dan penyalahgunaan kepercayaan.
Netanyahu bersikeras bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dari serangan roket Hamas dan menargetkan infrastruktur militer kelompok itu di Gaza. Ia juga menolak tawaran gencatan senjata dari Mesir dan menyebut operasi militer Israel sebagai “tindakan balas dendam” terhadap Hamas.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden
Joe Biden adalah presiden Amerika Serikat yang baru dilantik pada Januari 2021. Ia menghadapi tekanan yang meningkat untuk membantu mengakhiri konflik mematikan antara Israel dan Hamas, setelah mengambil sikap yang lebih netral daripada pendahulunya, Donald Trump, yang sangat mendukung Israel.
Biden telah mengekspresikan keprihatinan atas kematian warga sipil di kedua belah pihak dan mendesak agar tercapai de-eskalasi segera. Ia juga telah mengulangi dukungannya terhadap “solusi dua negara” sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian yang langgeng antara Israel dan Palestina.
Namun, Biden juga menghadapi kritik dari sebagian anggota Partai Demokratnya sendiri, yang menuntut agar ia mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Israel dan menghentikan bantuan militer AS kepada negara itu. Beberapa anggota Kongres, seperti Ilhan Omar dan Bernie Sanders, bahkan mengusulkan resolusi untuk memblokir penjualan senjata senilai $735 juta kepada Israel.
Mesir
Mesir adalah negara Arab pertama yang membuat perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979, setelah perang yang berdarah-darah. Sejak itu, Mesir telah menjadi penengah utama dalam konflik Israel-Palestina, terutama dalam upaya untuk meredakan ketegangan di Gaza.
Mesir memiliki hubungan yang rumit dengan Hamas, yang merupakan cabang dari Ikhwanul Muslimin, kelompok Islamis yang digulingkan oleh militer Mesir pada tahun 2013. Mesir menuduh Hamas mendukung pemberontakan di Sinai, sementara Hamas menuduh Mesir memblokir perbatasan Rafah, satu-satunya pintu keluar Gaza ke dunia luar.
Mesir telah mengusulkan gencatan senjata antara Israel dan Hamas beberapa kali, tetapi belum berhasil. Mesir juga berusaha untuk memfasilitasi rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah, tetapi prosesnya terhambat oleh perselisihan internal dan kecurigaan.
PBB
PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun 1945 untuk menjaga perdamaian dan kerjasama dunia. PBB telah terlibat dalam upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina sejak awal, mulai dari Resolusi 181 tahun 1947 yang membagi Palestina menjadi dua negara, satu Yahudi dan satu Arab, hingga Resolusi 2334 tahun 2016 yang mengecam permukiman Israel di wilayah Palestina.
PBB memiliki beberapa badan khusus yang berurusan dengan masalah Israel-Palestina, seperti Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC), dan Komite Khusus PBB tentang Praktik-Praktik Israel yang Mempengaruhi Hak Asasi Manusia Rakyat Palestina (CESCR).
PBB juga memiliki perwakilan khusus untuk proses perdamaian Timur Tengah, yang saat ini dijabat oleh Tor Wennesland dari Norwegia. Wennesland telah berkoordinasi dengan para pemimpin regional dan internasional untuk mencari jalan keluar dari krisis saat ini. Ia juga telah menyerukan penghentian kekerasan segera dan perlindungan bagi warga sipil.
Kesimpulan
Konflik Israel-Palestina adalah salah satu isu paling rumit dan lama di dunia. Banyak tokoh-tokoh kunci yang terlibat dalam konflik ini, baik sebagai pelaku maupun sebagai penengah. Namun, hingga saat ini belum ada solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Konflik ini masih berpotensi meletus kembali sewaktu-waktu, dengan korban jiwa yang tidak terhitung