Mon tak Nesher dhe’ Kyae, Je’ Pele Nomer Due’

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
3 Min Read

jfidMon tak Neaher dhe’ Kyae je’ pele nomer due’ (jika tidak sayang Kyai, jangan pilih nomor dua). Perkataan itu terlontar, dari seorang santri yang khas memakai sarung di salah satu warung kopi yang menyiarkan debat kandidat tiga, secara live. Pada Sabtu malam (28/11/2020).

Secara pasti, saya tidak mengetehui dari pesantren mana ia berasal. Namun, dengan lantang, saat Kyai Ali Fikri bicara dalam siaran langsung, orang yang mengaku santri itu berkata di depan banyak orang,

Mon ta’ nesher de’ Kyae, je’ pele nomer due‘,” teriaknya ke publik, saat orang khusuk menonton siaran langsung debat kandidat tiga yang diselenggarakan KPU Sumenep.

Dalam hubungan Semantik, santri itu mengungkapkan satuan ujaran yang memiliki kebalikan makna. Dengan sederhana, saya mengatakan, jika seorang Kyai adalah aspek emosional masyarakat Sumenep yang disimbolkan sebagai pemimpin.

Ad image

Lantas, bagaimana jika simbol (Kyai) tidak ada dalam kepemimpinan Sumenep? Semisal, pasangan nomor urut 2 kalah dengan nomor urut 1. Atau PKB dan PPP yang berafiliasi dengan Kyai kalah dengan PDIP yang Nasionalis. Jika itu benar, tentu tidak salah, jika pengaruh Kyai sudah mulai lusuh. Atau bagaimana yang tepat? Kita tunggu bersama setelah 9 Desember mendatang.

Kyai Ali Fikri kini tampak teraniaya, sebagaimana diberitakan diberbagai media, jika dirinya mendaftar menjadi bakal calon wakil Bupati di PPP kala itu, bukan dari keinginannya. Tapi, perintah Kyai sepuh. Bahkan, Kyai Ramdhan Siraj menjadi Bupati yang didukung oleh almarhum Kyai Warist, berbalik haluan mendukung pasangan nomor urut satu. Saudara sepupu mendukung orang lain, saya sangat merasakan kegundahan hati mas Kyai.

Akankah kejeniusan berpolitik Achmad Fauzi meruntuhkan simbolisme kepemimpinan Sumenep? Sebagaimana artikel sebelumnya yang pernah dirilis jurnalfaktual.id, “Sejarah Sumenep, tak ada wakil bupati jadi bupati”. Dalam sejarah kepemimpinan Bupati Sumenep, dari era ke era, wakil Bupati tak pernah jadi Bupati. Bung Karno pun pernah berkata soal Jas Merah (Jangan Lupa Sejarah).

Pilkada Sumenep, Kyai Ali Fikri menjadi representasi santri dan keterwakilan Kyai menjadi pemimpin. Sebagaimana Kyai Ramdhan Siraj ataupun Busyro Karim memimpin Sumenep.

Hari ini, menjelang pilkada 9 Desember, banyak orang menafsir, Kyai atau bukan Kyai. Kembali pada bab awal, Mon tak Nesher de’ Kyai, je’ pele nomer due’.

Share This Article