jfid – Hampir setiap pagi, saya melewati jalan Trunojoyo dan berputar kembali ke jalan Diponegoro (lari pagi). Di tengah perjalanan, tepat di kantor DPC Demokrat Sumenep, terlihat mobil APV bernomor polisi L 1840 AM masih bergambar Soengkono Sidik. Ia, padahal (Kamis, 4 Maret) jenazah Soengkono Sidik telah dikebumikan.
Soengkono Sidik telah dikebumikan, namun gambar dan kenangan-kenangan politiknya, masih terukir di Demokrat. Busyro Karim yang pernah bersama selama 5 tahun. Mengatakan, jika Soengkono Sidik adalah birokrat profesional yang tegak lurus.
Seorang mantan birokrat profesional yang tegak lurus. Tentu, takkan terlibat dalam sebuah pembangkangan politik atau membelot. Sebagaimana, isu KLB dan Kudeta AHY. Dan saya meyakini, seorang Soengkono Sidik takkan terlibat. Pendapat tersebut didasari bukti kuat, karena saat-saat isu KLB mencuat, seorang Soengkono tergeletak sakit di RSAL Surabaya.
Seorang politikus yang jujur, seperti puisi yang selalu dibaca dan disukai penikmatnya. Saya melihat, puisi itu ada dalam perjalanan politik Soengkono Sidik.
Kesaksian Satpam BPRS Bhakti Sumekar, 11 Tahun Bekerja
Tiba di depan kantor BPRS, saya melihat banyak karangan bunga dan melihat bendera setengah tiang. Saya mendekat dan memotretnya. Di jarak 20 meter dari kamera, tampak terlihat seorang Satpam. Saya lihat kepleknya, ia bernama Yayan.
Saya menanyakan, untuk ingin tau. Bagaimana seorang Satpam mengenal pimpinannya? Yayan bercerita, jika ia bekerja di BPRS selama 11 Tahun.
“Saya masuk dan bekerja di BPRS selama 11 Tahun. Pak Novi, selama jadi Pimpinan tidak pernah marah. Saya tak pernah melihat pak Novi marah,” terang Yayan, Satpam BPRS.
Yayan, sangat merasa kehilangan dengan tiadanya Novi Sujatmiko. Karena, pengakuan Yayan. Almarhum Novi seringkali memberinya uang diluar gaji.
“Iya, pak Novi sering Ajulu pesse,” terang Yayan dengan kening luruh.
Yayan, saat ditanya bendera setengah tiang di kantor BPRS, dirinya mengatakan, jika itu atas perintah pimpinannya.
“Bendera setengah tiang, mungkin terpasang selama 1 Minggu. Itu perintah pak Fajar, Direktur Operasional,” imbuhnya.
Seperti yang dikatakan Bupati Achmad Fauzi mengenal Novi Sujatmiko. “Pak Novi orang baik. Tekun bekerja dan seorang visioner. Almarhum tau bagaimana mengelola BPRS. Pak Novi dan Pak Soengkono orang berjasa pada Sumenep,” tukas Achmad Fauzi, usai pimpin prosesi Sholat jenazah di halaman pemkab. (DN/DPP)